Telur Ayam yang Pecah Tetap Laku, Mengapa Bisa?

telur ayam yang pecah
Ilustrasi telur yang sudah pecah. Foto: Max Pixel.

Biasanya ketika membeli telur, kita teliti memeriksa kondisinya. Tetapi ternyata tidak semuanya begitu. Karena faktanya, banyak telur ayam yang pecah tetap laku diburu pembeli. Hmm… Apa alasan konsumen sehingga tetap memilih telur dalam kondisi yang sudah tidak baik ya? Simak yuk ulasannya!

Dilansir dari Detik Jabar, ketika harga telur ayam terus merangsek naik, kini telur ayam yang pecah menjadi buruan di Pasar Tradisional. Berbeda dengan telur dalam kondisi baik yang dibanderol Rp35,500.- per kg, telur dengan kondisi ‘cacat’ jauh lebih murah. Hanya Rp5,000.- saja per empat butir.

“Ini pecah cuma karena gesekan. Kalau pecahnya sampai terbuka tidak dijual. Kalau cuma sedikit bagian yang pecah baru kita jual. Harganya lima ribu dapat empat buah,” ujar seorang pedagang telur bernama Nurhasanah sebagaimana dilansir oleh Detik Jabar.

Pembeli Tidak Keberatan Mendapatkan Telur Ayam yang Pecah

telur ayam yang pecah
Ilustrasi telur yang sudah pecah. Foto: Flickr.

Jika dilihat dari sisi konsumen, rupanya kondisi telur yang sudah tidak sempurna bukanlah sebuah masalah. Seperti Siti Khoerun yang selalu memeriksa telur ayam yang pecah sebelum membeli.

“Saya cuma beli yang retak. Bagian kulit telur yang keras masih tetap ada. Jadi nggak kebuka banget. InsyaAllah aman,” kata Siti.

Biasanya telur dengan kondisi yang sudah pecah sedikit itu digunakan menjadi bahan membuat kue. Baik jenis kue basah atau kering. Tapi tidak sedikit juga yang menggunakannya untuk dikonsumsi seperti biasa untuk membuat telur goreng.

“Biasa untuk makan di rumah. Sering juga jadi bahan membuat kue kering atau basah. Karena cuma kuning telurnya saja yang diambil,” lanjut Siti.

Baca juga: Bahan Baku Pengganti Telur untuk Membuat Roti atau Kue

Dipicu Kenaikan Harga Telur

telur ayam yang pecah
Ilustrasi penjual telur di pasar. Foto: Pxfuel.

Perilaku konsumen yang tidak keberatan mengkonsumsi telur ayam yang pecah dipicu oleh kenaikan harga. Jika semula per kg sekitar Rp25,000.-, kini tembus Rp30,500.- per kilo.

Penyebab kenaikan ini diduga karena pasokan yang berkurang di pasaran sementara permintaan terus meningkat. Sebagaimana layaknya hukum supply and demand berlaku. Mulai dari penggunaan telur ayam sebagai bagian dari Bantuan Pangan Non Tunai, sampai raminya perhelatan di Bulan Muharram dan Agustus.

Bagaimana dengan Anda? Apakah jika terpaksa Anda tidak keberatan untuk menggunakan telur ayam dalam kondisi yang sudah tidak mulus lagi? Silahkan berbagi pendapat pada kolom komentar. Jangan lupa untuk selalu simak kabar seputar roti, kue dan pastry hanya di Bake.Co.Id!

Baca juga: Perajin Roti Berupaya Menyikapi Kenaikan Harga Telur

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments