Apakah Anda sebagai pebisnis kuliner ingin mengadopsi bagaimana cara restoran sushi di Jepang menyajikan makanan dengan conveyor? Ya! Inilah dia kaitenzushi atau sushi berjalan!
Seperti apa alat yang unik ini dan bagaimana sejarahnya? Yuk simak terus artikel ini!
Konsep Sushi Berjalan, Kaitenzushi
Kaitenzushi, atau dikenal juga sebagai sushi berjalan atau sushi conveyor, adalah konsep restoran sushi di mana hidangan disajikan di atas piring-piring yang bergerak di conveyor otomatis.
Conveyor ini melintasi meja pelanggan dan area kerja koki, memungkinkan pelanggan mengambil sushi favorit mereka langsung dari lintasan.
Sementara itu setiap piring memiliki warna atau desain khusus yang menunjukkan harga dari menu di atasnya. Setelah selesai makan, total biaya dihitung berdasarkan jumlah dan jenis piring yang dikumpulkan pelanggan.
Konsep ini berasal dari Jepang dan telah mendapatkan popularitas di berbagai negara di dunia.
Selain sushi, beberapa restoran kaitenzushi juga menyediakan menu khas Jepang lainnya, seperti ramen, udon, dan tempura, sehingga menawarkan variasi hidangan yang menarik bagi para pelanggan.
Sejarah Kaitenzushi: Revolusi Sushi dengan Conveyor
Dilansir dari Sushi Robot, restoran kaitenzushi pertama adalah “Mawaru Genrokuzushi.” Restoran ini dibuka di Kota Fuse pada tahun 1958, yang sekarang menjadi bagian dari Higashiosaka, Prefektur Osaka.
Yoshiaki Shiraishi, pemilik restoran tersebut, ingin mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja di restorannya. Ia percaya bahwa conveyor dapat mengurangi kebutuhan akan pelayan.
Restoran ini menjadi populer karena Shiraishi bermimpi menjadikan sushi lebih terjangkau bagi masyarakat umum. Terlebih lagi pada masa itu, sushi dianggap sebagai makanan mewah. Pada saat itu, empat potong sushi di atas piring dijual seharga 50 yen, sementara semangkuk ramen harganya sekitar 40 yen.
Awal Mula Kaitenzushi
Ide “ban berjalan” untuk sushi ini muncul ketika Yoshiaki Shiraishi mengunjungi pabrik bir Asahi dan melihat conveyor yang digunakan untuk memindahkan botol bir. Ia melihat potensi teknologi ini untuk menyajikan sushi dengan lebih efisien tanpa menambah kebutuhan staf.
Shiraishi menghabiskan lima tahun untuk menyempurnakan konsep tersebut di restorannya. Kecepatan conveyor menjadi salah satu tantangan utama.
Jika terlalu cepat, pelanggan kesulitan mengambil piring; jika terlalu lambat, kesabaran pelanggan habis, dan sushi bisa kehilangan kesegarannya. Akhirnya, Shiraishi memutuskan kecepatan ideal adalah 8 sentimeter per detik.
Format kaitenzushi mulai meraih popularitas massal setelah dipamerkan di World Expo Osaka pada tahun 1970.
Seperti apa kaitenzushi di era saat ini? Cek halaman selanjutnya!