Ketika membicarakan kuliner Korea, banyak orang mungkin langsung terpikir tentang kimchi, bibimbap, atau bulgogi. Namun, di antara berbagai makanan khas Korea, ada satu camilan tradisional yang kaya sejarah dan filosofi, yaitu kue tradisional Korea, yakgwa.
Kue manis ini tidak hanya lezat, tetapi juga memiliki makna mendalam dalam budaya Korea, terutama dalam perayaan dan upacara penting.
Apa Itu Yakgwa?
Yakgwa (약과) adalah kue tradisional Korea yang termasuk dalam kategori hangwa, yaitu jajanan manis khas negeri ginseng. Kue ini terbuat dari campuran tepung gandum, madu, dan minyak wijen, kemudian digoreng dan direndam dalam sirup jahe yang harum.
Rasanya yang manis dengan sentuhan rempah membuatnya menjadi kudapan yang unik dan khas.
Bentuknya seperti kue sakura mungil dengan warna kecokelatan dan tekstur lengket kenyal. Kudapan ini selalu jadi favorit karena rasanya manis dengan aroma wijen dan rempah yang semerbak. Mencicipi satu buah masih kurang rasanya!
Ciri khas kue ini selalu dicetak berbentuk bunga yang sedang merekah. Namun asal muasalnya secara historis kurang jelas. Mengingat kue asal Korea ini di Cina dikenal dengan nama Goryeo mandu, dan sudah dikenal sejak masa Dinasti Joseon.
Dilansir dari Seattle Times (24/10/23), nama “yakgwa” sendiri memiliki arti khusus dalam bahasa Korea. “Yak” berarti “obat” dan “gwa” berarti “kudapan.” Hal ini merujuk pada keyakinan bahwa bahan-bahan dalam yakgwa, seperti madu dan jahe, memiliki manfaat kesehatan.
Meskipun banyak dijual di toko-toko, sebagian besar ibu rumah tangga Korea lebih memilih untuk membuat yakgwa sendiri di rumah.
Sejarah Kue Tradisional Korea dari Dinasti Goryeo hingga Kini
Yakgwa memiliki sejarah panjang yang telah ada sejak zaman Dinasti Goryeo (935-1397). Pada masa itu, kue ini digunakan dalam ritual persembahan Buddha dan sering disajikan di istana kerajaan.
Bahkan, di Tiongkok, yakgwa dikenal dengan nama Goryeobyeong, yang berarti “kue dari Goryeo.”
Pada masa Dinasti Joseon (1397-1910), bentuk yakgwa yang awalnya dibuat menyerupai burung, ikan, atau buah mulai disederhanakan menjadi bentuk bunga krisan.
Kue ini kemudian menjadi sajian istimewa untuk upacara dan ritual. Tapi karena bahan-bahannya yang mewah, seperti madu dan minyak wijen, yakgwa pernah dilarang pada saat terjadi krisis pangan.
Kini, yakgwa tidak hanya ditemukan dalam acara-acara tradisional seperti Chuseok (Hari Thanksgiving Korea) dan Seollal (Tahun Baru Korea). Kudapan ini juga semakin populer di seluruh dunia, terutama setelah banyaknya konten di media sosial yang menyoroti keunikan dan kelezatan kue ini.
Ciri Khas Yakgwa: Tekstur dan Rasa yang Unik
Yakgwa memiliki tekstur yang unik yaitu kenyal di luar, tetapi tetap lembut dan sedikit renyah di dalam.
Proses pembuatannya cukup khas: tepung gandum dicampur dengan kayu manis, air jahe, minyak wijen, dan air hingga menjadi adonan yang kalis. Adonan kemudian digilas dan dicetak dengan cetakan berbentuk bunga yang sedang merekah.
Selanjutnya, kue ini tidak dipanggang tetapi justru digoreng dalam minyak panas dan banyak hingga berwarna kuning kecokelatan.
Sebagai sentuhan akhir, kue ini direndam dalam madu atau sirup malt yang dipanaskan dengan sedikit kayu manis bubuk. Kue pun ditiriskan dan siap disajikan dengan taburan almond atau pine nut. Rasanya kenyal-kenyal manis dengan aroma wangi kayu manis yang enak.
Yakgwa biasanya disajikan sebagai camilan atau suguhan di hari istimewa atau upacara keagamaan. Banyak juga yang dijual dalam kemasan plastik dan diproduksi oleh industri makanan.
Sedangkan kreasi bentuk bunganya sangat beragam tergantung selera yang membuatnya. Di toko bahan makanan Korea, sering dijual kue yang rasanya manis kenyal ini.
Makna Filosofis dan Tradisi dari Kue Tradisional Korea
Selain sebagai camilan, yakgwa juga sarat akan makna simbolis dalam budaya Korea. Yakgwa secara tradisional disajikan pada hari-hari perayaan Korea seperti Chuseok dan Seollal.
Kemudian kudapan ini juga kerap disajikan dalam acara ulang tahun dan ritual leluhur seperti jesa, yang memperingati hari wafatnya orang terkasih. Kue ini juga merupakan representasi dari sejarah kuliner manis khas Korea.
Yakgwa di Masa Kini: Dari Tradisi ke Tren Modern
Seiring dengan perkembangan zaman, yakgwa kini hadir dalam berbagai inovasi dan variasi. Saat ini banyak restoran dan kafe yang menyajikan yakgwa dengan es krim vanila atau krim kocok untuk memberikan pengalaman rasa ] lebih modern.
Popularitas yakgwa semakin meningkat berkat media sosial, di mana banyak orang di luar Korea mulai tertarik untuk mencicipi dan mencoba membuatnya sendiri di rumah.
Dengan teksturnya yang unik dan rasa manis khasnya, yakgwa kini menjadi lebih dari sekadar makanan tradisional—ia telah menjadi bagian dari tren kuliner global.
Dari hidangan kerajaan hingga camilan modern yang viral di media sosial, yakgwa terus bertahan dan berkembang, membawa cita rasa khas Korea ke seluruh dunia.
Jika Anda ingin mencoba camilan manis dengan sejarah mendalam, yakgwa bisa menjadi pilihan yang sempurna.