Pernah mendengar sistem mato yang digunakan oleh bisnis restoran masakan Padang? Yuk simak lebih jauh sistem bisnis unik ini!
Selain dikenal dengan hidangan autentiknya yang kaya rempah dan beragam pilihan lauk, restoran Padang juga memiliki sistem bisnis unik dan menarik. Sistem tersebut adalah sistem mato.
Metode bisnis ini tidak hanya membuat restoran Padang berbeda dari segi cita rasa, tetapi juga dari segi manajemen bisnis. Mari kita kupas tuntas mengenai apa itu sistem mato, keuntungan yang diberikannya, serta tips bagi Anda yang tertarik menerapkannya!
Apa Itu Sistem Mato?
Sistem mato berasal dari kata “mato” yang berarti poin atau mata sebagaimana dilansir dari Kompas.com. Mato di sini mengacu pada sistem bagi hasil di mana setiap karyawan memiliki nilai berbeda.
Nilai ini tergantung pada jabatan, peran, dan kontribusi mereka dalam operasional sehari-hari. Dalam sistem ini, karyawan tidak menerima gaji tetap atau upah bulanan, melainkan bagian dari keuntungan bisnis yang dihitung menggunakan hitungan hari, misalnya setiap 30, 60, atau 100 hari.
Pembagian keuntungan ini didasarkan pada posisi dan peran karyawan. Semakin besar peran dan tanggung jawab seseorang, semakin tinggi pula nilai mato yang dimilikinya.
Persentase Jabatan dalam Bisnis Masakan Padang Berdasarkan Sistem Mato
Terdapat beberapa jabatan dan peran yang umum dalam restoran Padang berdasarkan sistem mato:
- Koki Kepala: 6,0 hingga 7,0 poin/mata
- Koki I: 4,0 hingga 5,0 poin/mata
- Koki II: 2,0 hingga 3,5 poin/mata
- Kasir Kepala: 5,0 hingga 5,5 poin/mata
- Kasir: 3,0 hingga 4,0 poin/mata
- Palung (Pelayanan): 4,0 hingga 4,5 poin/mata
- Pelayan: 3,0 hingga 3,5 poin/mata
- Petugas Cuci Piring: 2,0 hingga 2,5 poin/mata
Nilai mata ini menjadi dasar dalam pembagian keuntungan yang dilakukan setiap periodeyang telah disepakati. Cara menghitungnya yaitu total keuntungan dibagi antara pihak pemodal dan pihak pengelola.
Pihak pemodal adalah orang yang memberikan investasi modal. Kemudian pihak pengelola adalah mereka yang terlibat langsung dalam operasional sehari-hari, seperti koki, kasir, dan pelayan.
Bagaimana Cara Kerja Sistem Mato?
Pada awalnya, laba kotor restoran dihitung dengan mengurangkan total pendapatan dengan biaya operasional.
Kemudian perhitungan dari hasil laba kotor sebesar 2,5% dialokasikan sebagai zakat usaha sesuai dengan tradisi dan komitmen sosial restoran Padang. Selanjutnya, laba bersih yang diperoleh dibagi antara pemilik dan karyawan.
Pembagian laba tersebut berdasarkan rasio sesuai kesepakatan semisal 60:40, 55:45 atau 50:50 setiap 30, 60, atau 100 hari.
Jadi apabila kesepakatan pembagian sebesar 40% untuk pemilik dan 60% untuk karyawan, maka ketika profit selama 30 hari mencapai Rp50 juta, pemilik akan menerima Rp20 juta. Kemudian sisanya akan dibagikan kepada karyawan sesuai perhitungan poin atau mato masing-masing.
Setiap jabatan dan peran memiliki nilai poin yang telah disepakati sejak awal, dan inilah yang menjadi basis pembagian hasil kepada setiap karyawan. Sebagai contoh, koki kepala mendapatkan poin tertinggi karena dianggap sebagai kunci utama kualitas dan kelezatan makanan, yang berperan besar dalam menarik minat pelanggan.
Uniknya, jika terjadi kerugian, ada persentase pembagian yang disepakati bersama. Sebagai contoh, jika restoran mengalami kerugian, pihak pemodal akan menanggung sebagian besar kerugian tersebut. Hal ini disebabkan karena karyawan yang bekerja menjalankan operasional sehari-hari telah berupaya keras.
Apa saja keuntungan menggunakan sistem mato? Simak di halaman berikutnya yuk!