Saat ini, tren kuliner telah menciptakan gelombang antusiasme yang digandrungi foodies dengan hadirnya berbagai rasa unik yang sedang hits.
Siapa yang bisa menolak kenikmatan rasa berbeda dalam hidangan? Para foodies tentu selalu mencari pengalaman kuliner yang tak terlupakan, terutama melalui rasa yang luar biasa. Agar Anda tidak penasaran, mari simak dan terus membaca!
5 Rasa Unik dan Sejarahnya
Kini saatnya kita eksplorasi kisah menarik dan sejarah di balik masing-masing rasa yang sedang memikat selera!
1. Rasa Matcha: Ketika Tradisi Jepang Memikat Dunia
Matcha, bubuk teh hijau Jepang, telah menjadi fenomena global. Terkait erat dengan upacara minum teh di Jepang, ternyata sejarahnya lebih panjang lagi.
Dilansir dari Britannica, matcha masuk ke Jepang pada tahun 1100-an. Saat itu seorang biksu Buddha Zen kembali dari Tiongkok dan membawa benih teh bersamanya. Biksu ini mendirikan “jalan teh,” atau (the way of tea). Sebuah praktik yang mengubah penyajian teh menjadi sebuah seni.
Menekankan keindahan yang ditemukan di dunia yang sejatinya tidak sempurna. Seremoni ini melibatkan daun teh yang digiling dengan sikat bambu ke dalam air mendidih, dengan campuran berbusa dikonsumsi tanpa disaring.
Nama “matcha” berasal dari kata dalam bahasa Jepang, “matsu,” yang berarti “menggosok, melumuri, melukis,” dan “cha,” yang berarti “teh.”
Selain rasa dan warna unik, matcha juga menawarkan manfaat kesehatan. Matcha mengandung lebih banyak kafein dibandingkan teh hijau lainnya dan, jika dikonsumsi sesuai takaran dapat membantu daya ingat dan persepsi. Kandungan antioksidan tinggi dalam teh ini menjadikannya suplemen diet sehat dengan potensi sifat anti-kanker. Matcha juga diyakini dapat mengurangi stres dan kecemasan, sementara katekin dalam matcha membantu menurunkan tekanan darah dan kolesterol makanan.
Pada perkembangannya, rasa matcha digunakan dalam berbagai menu kuliner. Mulai dari es krim, kopi susu, kue, dan koktail. Popularitas matcha meluas jauh di luar Jepang, menjadikannya tersedia di toko-toko serta kedai kopi di seluruh dunia.
2. Rasa Ube: Kelezatan Ungu yang Memikat Selera
Ube, atau ubi ungu, adalah rasa yang sedang memikat banyak hati. Seiring dengan popularitas makanan Filipina, ubi ungu telah mengambil peran utama dalam berbagai kudapan dan dessert.
Sejarahnya yang kaya dan warnanya yang menggoda membuatnya menjadi pilihan yang sempurna bagi mereka yang mencari pengalaman rasa yang unik.
Dilansir dari Kapwa Garden, rasa ube pertama kali disebutkan dalam kamus Tagalog dan Spanyol yang diterbitkan pada tahun 1613. Dalam kamus tersebut, ube (atau uvi) disebut sebagai jenis camote (ubi jalar) dari keluarga Convolvulaceae. Kemudian, ube diklasifikasikan sebagai ubi yang termasuk dalam keluarga Dioscoreaceae.
Rasa ube mulai populer di dunia setelah banyak digunakan dalam makanan penutup khas Filipina yang disebut halo-halo. Saat ini, rasa ube tidak hanya digunakan dalam halo-halo, tetapi juga dalam berbagai produk kuliner.
Rasa ube juga menjadi tren di kalangan foodies karena memberikan sensasi rasa yang manis, lembut, dan krem, serta warna ungu yang cantik.
Di Indonesia sendiri ada rasa yang identik juga dengan warna ungu yaitu “taro”. Akan tetapi taro berbeda dari ube. Walaupun sama-sama dari jenis umbi-umbian, namun warna, rasa, tekstur, dan asal-usul yang berbeda.
Ube berasal dari Filipina, berwarna ungu, dan memiliki rasa manis. Sementara itu Taro berasal dari Asia Tenggara dan India, berwarna putih dengan bintik-bintik ungu, dan memiliki rasa hambar.
Dilansir dari Kompas, taro adalah sejenis sayuran akar yang populer dengan sebutan nama talas. Tanaman ini mudah ditemukan di beberapa daerah di Jawa Barat dan kerap dijadikan kudapan rebus, kukus, goreng, sampai keripik.
3. Rasa Red Velvet: Sentuhan Merah yang Menggoda
Red Velvet, dengan warna merah khasnya, telah mencuri perhatian banyak pecinta kue. Awalnya dikenal melalui kue dan cupcakes, kini red velvet menjadi pilihan favorit dalam berbagai kreasi, termasuk minuman dan makanan penutup.
Keistimewaan warna dan rasa khasnya membuatnya tidak hanya lezat, tetapi juga menarik secara visual. Dilansir dari Sunflour Baking Company, red velvet pertama kali muncul pada abad ke-19 di Amerika Serikat.
Pada saat itu, kue “velvet” yang memiliki tekstur lembut dan halus menjadi makanan penutup yang mewah, berbeda dengan kue yang memiliki tekstur kasar dan keras.
Rasa red velvet mulai terkenal setelah dimasukkan dalam buku resep populer yang berjudul “The Joy of Cooking” pada tahun 1943. Penulis buku tersebut, Irma S Rombauer, mengaku tidak begitu menyukai kue red velvet, namun merasa berkewajiban untuk memasukkan resepnya karena banyak permintaan dari pembaca.
Resep kue dalam buku tersebut adalah penulisan pertama secara luas tentang kue red velvet. Saat ini, rasa red velvet tidak hanya digunakan dalam kue, tetapi juga dalam berbagai produk kuliner, seperti cupcake, brownies, donat, dan wafel.
Rasa red velvet juga menjadi tren di kalangan foodies karena memberikan sensasi rasa yang manis, asam, dan gurih, serta warna merah yang menawan.
Halaman berikut: Masih ada salted caramel dan umami!!