Prinsip Lima “P” di Dalam Inovasi Industri Roti

Inovasi industri roti terus terjadi di dunia. Hal ini juga menjadi titik bahasan utama saat acara Asosiasi Rumah Makan Nasional (National Restaurant Association Show) yang diadakan di Chicago, 21-24 Mei 2022 lalu.

Pada perhelatan itu hadir berbagai perwakilan dari industri rumah makan dan tentunya beberapa diantaranya berasal dari pengrajin roti, cake dan pastry.

Pada acara ini, pemilik dan pegiat rumah makan berkumpul untuk menunjukkan sample produknya yang ditujukan demi kepuasan konsumen. Selain itu, di sini mereka juga berbagi mengenai tantangan yang harus dihadapi oleh industri makanan dan minuman.

Perhatian utama yang mereka pikirkan adalah masalah yang berkaitan dengan tenaga kerja dan ekonomi. Hal ini wajar adanya sebab kedua faktor ini dapat menjadi penentu kesuksesan sebuah bisnis. Di sisi lain, di balik setiap kesulitan selalu ada jalan keluar yang mampu mendorong inovasi industri roti.

Prinsip Lima “P” di Dalam Inovasi Industri Roti

inovasi industri roti
Ilustrasi pekerja industri roti. Foto: pxhere.

Tren di industri makanan terus menerus muncul yang baru. Namun walaupun begitu, dari sekian banyak hal baru namun baru menyentuh permukaannya saja. Hal ini diungkapkan oleh Zia Ahmed, pimpinan pelayanan restoran dari The Ohio State University.

“Ada banyak sekali makanan luar biasa di dunia. Namun kita baru menyentuh permukaannya saja,” kata Ahmed sebagaimana dilansir dari bakemag.com.

Sementara itu berbicara mengenai inovasi menu, Dave Henkes, senior principal bersama Lizzy Freier, seorang peneliti menu, membahas mengenai bagaimana “mensukseskan bisnis sekaligus memuaskan pelanggan” menggunakan prinsip lima “p.”

1. Pivot

inovasi industri roti

Pivot dalam bahasa Indonesia artinya adalah “poros.” Bayangkan Anda melihat gasing. Ia terus berputar selama tidak lepas dari porosnya. Begitu pula di dalam inovasi industri roti.

Henkes dan Freier mengetengahkan ide agar terus mencari sudut pandang baru dari sebuah menu. Namun sambil melakukannya, Anda juga perlu untuk memperhatikan seberapa banyak bahan-bahan baru yang ditambahkan.

Dengan kata lain, bagaimana Anda melakukan perubahan di dalam menu tanpa harus menambahkan terlalu banyak bahan baku baru.

Contohnya, Anda bisa menambahkan cita rasa baru terhadap satu buah menu.

Anda juga bisa membuat sebuah mashup yang mengkombinasikan “beberapa hal yang asing dengan beberapa komponen yang sudah Anda akrab dengannya.”

“Semenjak COVID-19, rumah makan harus berpikir bagaimana caranya mendapatkan hasil maksimal dengan upaya minimal,” kata Henkes.

Penelitian yang dilakukan Technomic menunjukan bahwa 42% konsumen ingin mencicipi rasa yang baru atau unik dari sebuah restoran dibandingkan dengan jika mereka harus memasak sendiri di rumah. Data yang ada mengatakan lebih dari 25% konsumen membeli menu baru yang ditawarkan.

2. Preparation (Persiapan)

inovasi industri roti
Ilustrasi seseorang menyiapkan adonan roti. Foto: Piqsels.com.

Sementara itu di dalam inovasi industri roti terdapat “P” kedua yaitu preparation atau persiapan. Menurut Henkes, rantai pasokan yang bergerak lancar akan memaksa bagian produksi untuk terus berinovasi mencari cara mempersiapkan bahan baku dengan cara yang unik dan efisien.

Contohnya saja bagaimana membekukan buah-buahan yang nantinya akan digunakan sebagai bahan baku kue, atau cara menyimpan sayuran agar tetap segar saat akan digunakan sebagai isian sandwich.

“Enam puluh persen konsumen merasa lebih yakin pada suatu produk apabila segala persiapan dilakukan dengan baik. Mulai dari cara memanggang, membakar atau merebus berbagai macam bahan baku yang akan digunakan,” kata Henkes.

3. Plant Protein (Protein Nabati)

Ilustrasi roti plant-based. Foto: Flickr.

Semenjak pandemi, semakin banyak orang yang ingin menjaga kesehatan tubuhnya. Karena itu permintaan akan makanan yang lebih sehat dan menggunakan bahan baku dari tumbuhan semakin meningkat. Gaya hidup vegan atau setidaknya mengurangi konsumsi daging juga beranjak naik popularitasnya belakangan ini.

Tidak heran apabila produsen makanan plant-based juga banyak dicari oleh calon konsumen. Pada acara National Restaurant Association Show ini pun tidak terkecuali.

Contohnya saja perusahaan Next Gen Foods memperkenalkan produk bernama Tindle. Perusahaan yang berlokasi di Singapura ini memiliki tekad kuat berbicara banyak di pasar Amerika Serikat.

Tindle adalah produk mentah yang bisa digunakan para koki sebaga bahan membuat patty, bola-bola sampai strips. Cita rasanya berasal dari bahan baku yang disebut lipi. Lipi sendiri merupakan kombinasi antara minyak bunga matahari dan bahan alami lain yang diformulasikan untuk menyerupai lemak daging ayam.

Ada pula perusahaan bernama SavorEat yang menciptakan robot koki. Robot ini menggunakan aplikasi untuk beroperasi. Nantinya robot akan menyiapkan makan malam berupa patty dari bahan plant-based lengkap dengan sumber protein dan lemak sekaligus memasaknya dalam hitungan menit.

Wendy’s sebuah brand ternama juga tidak mau kalah. Mereka juga mengetengahkan inovasi industri roti burger yang lebih sehat dengan akronim FARM. Kepanjangannya adalah fresh, authentic, real dan minimally processed. Mereka berkomitmen menyajikan produk yang segar, orisinil, asli dan lebih sedikit proses pengolahan.

Baca juga: Inovasi Peralatan Produksi Cookies yang Efisien

4. Personalization (Personalisasi)

inovasi industri roti
Ilustrasi qr code aplikasi personalisasi menu. Foto: Flickr.

Personalisasi di dalam inovasi industri roti berkaitan dengan bagaimana membuat pengalaman konsumen terasa lebih personal.

Personalisasi ini dapat diterapkan mulai dari bagian dapur. Misalnya dengan kehadiran robot untuk membantu menyiapkan bahan baku. Sehingga staf manusia dapat lebih fokus untuk memberikan pelayanan maksimal kepada pengunjung.

Selain itu berbagai aplikasi dan papan menu yang dapat dikustomisasi akan menempatkan pelanggan seolah-olah berada di dalam dapur. Mereka dapat memilih sendiri aneka bahan, rasa, jumlah dan berbagai komponen lain dari makanan yang akan mereka pilih.

Sehingga produk yang didapatkan oleh konsumen benar-benar terasa dekat dan personal. Karena mereka memilih sendiri apa yang akan mereka santap.

Baca juga: Mari Jelajahi Inovasi Peralatan Baking Saat Ini. Apa Saja?

5. Predictions (Prediksi)

Ilustrasi berbagai jenis roti. Foto: Maxpixel.com.

Huruf “P” kelima adalah bagaimana memprediksi tren dan arah industri ke depan. Dalam hal ini, prediksi paling dekat adalah penggunaan bahan baku yang lebih kaya dari berbagai pelosok dunia.

Contohnya saja garam diprediksi menjadi titik pusat inovasi menu. Rasa asin bukan sekedar menjadi sebuah rasa, namun menjadi bagian penting di dalam dunia industri makanan.

Selain itu, diperkirakan semakin banyak konsumen mengkonsumsi jenis makanan global yang lebih unik. Hal ini diperkuat dengan pengamatan yang dilakukan oleh Freier.

Ia melihat saat ini sumber cita rasa dunia banyak berasal dari wilayah Mesoamerika, Afrika Barat dan Asia Barat. Karena dari daerah-daerah inilah banyak rempah dan bumbu yang dapat dijadikan bahan baku sebuah makanan.

Tentunya nuansa, rasa dan tekstur akan terus berkembang seiring dengan penggunaan bahan-bahan baru dari berbagai penjuru dunia.

Penutup

Inovasi industri roti terus berkembang. Karena manusia pada dasarnya tidak pernah berhenti mengembangkan diri, selalu mencari solusi dari masalah dan mencari sesuatu yang baru.

Maka wajar apabila inovasi sangat penting dilakukan oleh semua orang yang berkecimpung di dunia baking. Sebab dunia terus berputar dengan segala perkembangannya.

Sebagaimana prinsip lima ‘P,” teruslah melakukan pivot, persiapan, mencari bahan baku yang berasal dari tanaman, berikan sentuhan personal, kemudian prediksi bagaimana arah tren ke depan.

Dengan bekal ini, Anda akan selalu lebih siap dalam menghadapi persaingan ke depan dan sekaligus mengembangkan diri Anda.

 

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments