Bagi Anda yang hobi atau terjun ke dunia baking secara profesional tentu pernah bersentuhan dengan salah satu jenama terigu, Bogasari. Mari kita bersama-sama menelusuri perjalanan panjang Bogasari yang menarik. Di sini kita akan mengulik seperti apa kisah perjalanan perusahaan penggilingan tepung terigu terbesar di Indonesia ini.
Bagaimana Bogasari berkembang dari awal mula berdirinya hingga menjadi raksasa dalam industri tepung terigu? Yuk, kita mulai!
Awal Mula Perjalanan Panjang Bogasari: Dari Impor Gandum hingga Ide Pendirian Pabrik
Kita awali kisah Bogasari ini dari sebuah fakta menarik. Indonesia bukanlah negara penghasil gandum, namun konsumsi produk berbahan dasar gandum di negara ini terus meningkat.
Dilansir dari Tirto, sejak zaman kolonial, masyarakat Indonesia sudah terbiasa mengkonsumsi roti dan mie instan yang dibawa oleh penduduk Belanda dan Eropa lainnya.
Impor tepung gandum pun tercatat tinggi sejak era revolusi. Hal ini terus terjadi bahkan hingga pasca pengakuan kedaulatan, sebagaimana dicatat oleh Kolonel Raden Mas Gonnie Soegondo dalam buku Ilmu Bumi Militer Indonesia-Volume 1.
Kebiasaan masyarakat mengkonsumsi gandum tercatat pada angka impor tepung gandum pada tahun 1948 yang mencapai 63.223 ton. Angka ini terus meningkat hingga tahun-tahun berikutnya.
Pada tahun 1951, impor tepung gandum bahkan mencapai 126.231 ton. Melihat tingginya impor tepung gandum, beberapa pengusaha Indonesia mulai berpikir untuk mendirikan pabrik penggilingan gandum di dalam negeri. PT Bogasari Flour Mills pun didirikan pada Mei 1969 sebagai langkah awal mewujudkan impian ini.
Pendirian Perusahaan Bogasari
Pendirian Bogasari memiliki beberapa versi cerita. Salah satunya, menurut Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam buku mereka Liem Sioe Liong dan Salim Group: Pilar Bisnis Soeharto.
Dalam buku tersebut menyebutkan bahwa ide awalnya datang dari Liem Poo Hien alias Jantje Liem alias Yani Haryanto. Akan tetapi, nama ini tidak pernah disebut sebagai inisiator resmi.
Versi lain menyebutkan bahwa ide ini datang dari kelompok Empat Serangkai yang terdiri dari Liem Sioe Liong, Djohar Sutanto, Ibrahim Risjad, dan Sudwikatmono.
Ada juga cerita bahwa gagasan ini muncul dari percakapan antara konglomerat Robert Kuok dan Bustanil Arifin, tokoh penting di era Orde Baru. Menurut Anthony Salim, putra Liem Sioe Liong, tanpa kontribusi Robert Kuok, Bogasari mungkin tidak akan menjadi bagian dari Salim Group.
Pabrik Bogasari Pertama
Pabrik penggilingan gandum pertama Bogasari mulai beroperasi pada 29 November 1971 di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Mesin gilingnya didatangkan dari Jerman Barat dan gandumnya diimpor dari Australia.
Pabrik ini meluncurkan tiga merek produk perdana yaitu Cakra Kembar, Segitiga Biru, dan Kunci Biru. Pada tahun berikutnya, pabrik kedua Bogasari didirikan di Tanjung Perak, Surabaya, demi memperluas kapasitas produksi.
Pada awal 1980-an, Bogasari dianggap memonopoli bisnis tepung terigu di Indonesia. Selain Bogasari, perusahaan lain yang didirikan oleh Liem Sioe Liong, PT Indocement Tunggal Perkasa, juga menghadapi tuduhan monopoli.
Meskipun demikian, kejayaan bisnis ini membuat konsumsi produk berbahan dasar gandum seperti mie instan dan roti semakin populer di Indonesia.
Baca halaman berikutnya untuk tahu Bogasari juga punya sekolah baking dan proses produksi yang rinci sejak awal hingga akhir!