Kopi Bah Sipit Cap Kacamata adalah salah satu brand kopi tertua di Bogor yang berhasil bertahan selama seratus tahun. Di tengah gelombang minuman kekinian, brand kopi ini tetap memiliki tempat di hati masyarakat. Bukan hanya karena rasa, tetapi karena cerita keluarga, nilai kejujuran, serta hubungan yang kuat dengan lingkungan Empang tempat sejarahnya dimulai sejak 1925.
Bagi Nancy Wahyuni sebagai penerus generasi ketiga, meneruskan Bah Sipit bukan sekadar melanjutkan usaha, tetapi merawat warisan yang dibangun kakeknya dan dijaga ayahnya selama puluhan tahun. Ada nama, reputasi, dan kemurnian kopi yang harus dipertahankan.
Jejak Sejarah Bah Sipit di Empang Bogor
Brand kopi ini didirikan oleh Yoe Hong Keng seorang keturunan Tionghoa yang membuka toko di kawasan Empang, sebuah wilayah yang didominasi warga keturunan Arab. Meski berbeda latar belakang, sang kakek diterima dengan sangat baik oleh masyarakat. Ia pintar bersosialisasi dan bahkan belajar bahasa Arab hingga fasih berbicara dalam keseharian.
Kedekatan ini pula yang melahirkan panggilan “Bah Sipit”. Julukan akrab dari sahabat-sahabatnya yang menggambarkan ciri fisiknya yang bermata sipit dan selalu memakai kacamata. Julukan itu kemudian diabadikan menjadi nama brand kopi yang kini dikenal lintas generasi.
Pada masa awal, toko Bah Sipit menjual sembako dengan kopi sebagai produk utama. Penjualan kopinya masih menggunakan kemasan sederhana dari kertas yang digulung seperti kacang goreng. Meski sederhana, varian kopinya sudah terdiri dari arabika dan robusta yang digiling langsung di toko. Pelanggan cukup menyeduhnya dengan air panas di rumah, sebuah kebiasaan yang bertahan lama di Empang.
Usaha ini kemudian diteruskan oleh ayah Nancy sejak 1966. Ia meninggalkan bangku kuliah di Jakarta dan kembali ke Bogor untuk menjaga toko keluarga. Namun seiring bertambahnya usia dan kondisi kesehatan yang menurun, toko mulai jarang buka dan hanya pelanggan lama yang masih membeli lewat pintu samping.
Ketika bisnis berada di titik paling sunyi, Nancy memutuskan untuk mengambil alih pada 2020 demi menjaga warisan keluarga tetap hidup. Kakak dan adiknya tinggal di luar negeri sehingga harapan itu berada di tangannya. Dengan kondisi toko yang nyaris vakum ia mulai merapikan usaha sedikit demi sedikit agar Bah Sipit kembali berdenyut.
Kemurnian Kopi Sebagai Nilai yang Tidak Pernah Berubah
Sejak awal berdiri Bah Sipit memegang satu prinsip yang tidak pernah berubah yaitu menjual kopi murni seratus persen. Pada masa lalu mencampur kopi dengan jagung adalah praktik umum untuk menekan biaya. Namun keluarga Bah Sipit memilih mempertahankan keaslian rasa dan tidak mengikuti praktik tersebut.
Kopi yang dijual benar-benar kopi murni baik dalam bentuk bubuk maupun biji sehingga pelanggan dapat melihat kualitasnya. Bahan bakunya berasal dari Bogor dan berbagai daerah penghasil kopi terbaik di Indonesia. Mulai dari Gayo hingga Flores, Toraja, Gunung Manglayang, dan Gunung Arjuno.
Indonesia adalah negara produsen kopi terbesar keempat di dunia dengan karakter robusta dan arabika yang diakui kualitasnya. Hal ini membuat Nancy merasa tidak perlu menggunakan biji impor. Fokusnya jelas, memperkuat citra kopi nasional dan menjaga kualitas yang sudah dibangun keluarganya selama satu abad.
Kejujuran pada produk inilah yang membuat pelanggan terus bertahan. Banyak keluarga di Empang yang sudah menikmati kopi Bah Sipit sejak generasi kakek, lalu orang tua, lalu kini anak-anak mereka.
Adaptasi Gaya Baru untuk Brand Kopi yang Tetap Relevan
Ketika memulai kembali toko pada 2020 Nancy melihat bahwa cara berjualan harus menyesuaikan zaman. Meski nilai tradisi tetap dijaga, cara penyajiannya harus berubah agar tidak tertinggal.
Kemasan sederhana peninggalan ayahnya tetap dipertahankan sebagai identitas, tetapi Nancy menambahkan kemasan praktis yang modern. Dari saset kopi hitam tanpa gula hingga saset kopi plus gula yang lebih mudah dibawa. Setelah itu muncul kemasan premium dengan valve agar kopi tetap segar lebih lama.
Proses kreatif pengembangan kemasan melibatkan desainer yang dikenalkan teman. Nancy memilih warna, ilustrasi, dan konsep berdasarkan feeling dan karakter brand. Beberapa kemasan terbaru menonjolkan elemen komunitas dan kebersamaan yang merefleksikan masyarakat Empang sebagai fondasi utama bertahannya Bah Sipit.
Selain kemasan, ruang toko pun berubah. Jika dulu orang hanya datang untuk membeli kopi lalu pulang, kini pengunjung semakin banyak yang ingin menikmati kopi di tempat. Dari satu meja tumbuh menjadi beberapa meja, kemudian ruangan diperluas secara bertahap. Meski begitu konsepnya tetap sederhana. Bah Sipit tetap fokus sebagai brand kopi, bukan kafe besar yang mengejar suasana instagramable.
Dalam hal pemasaran, Bah Sipit kini hadir di marketplace seperti Tokopedia dan Shopee. Kehadiran online ini menjadi jalan baru agar generasi muda lebih mudah menemukan brand kopi bersejarah ini. Media sosial pun mulai aktif sebagai bentuk personal branding yang semakin penting dalam bisnis era sekarang.
Untuk urusan ekspansi, Nancy mengambil langkah sangat hati hati. Beberapa pihak telah menawarkan kerja sama untuk membuka cabang atau franchise. Namun ia merasa pondasi di tempat utama harus benar benar kokoh sebelum melangkah lebih jauh. Ia tidak ingin mengejar pertumbuhan cepat yang justru berisiko menurunkan kualitas brand.
Brand Kopi yang Tumbuh Bersama Masyarakat Bogor
Seratus tahun bukan waktu yang singkat. Kopi Bah Sipit bertahan bukan karena strategi pemasaran besar, tetapi karena kepercayaan masyarakat yang tumbuh dari generasi ke generasi. Komunitas Empang adalah bagian penting dari kisah ini. Mereka bukan sekadar pelanggan tetapi penjaga tradisi.
Di tengah semakin banyaknya brand kopi baru Bah Sipit tetap memiliki tempat istimewa. Nilai kekeluargaan toleransi dan kedekatan sosial tercermin dalam setiap langkahnya. Dan kini cerita itu diteruskan oleh Nancy dengan cara yang lebih modern tanpa meninggalkan akar sejarahnya.
Pada akhirnya Bah Sipit bukan hanya brand kopi tua. Ia adalah cermin perjalanan keluarga kecil yang tumbuh bersama Bogor. Sebuah bukti bahwa kejujuran ketulusan dan cinta pada kopi lokal dapat membuat sebuah brand bertahan melewati perubahan zaman.









