Bisa dibilang pada tahun 2009 roti ini mengalami ledakan minat pecinta roti, hingga kemudian berkembang menjadi oleh-oleh khas Papua.
Dari situ, nama Roti Abon Gulung mulai diasosiasikan dengan Manokwari, meskipun asal-usulnya bukan dari budaya lokal Papua.
Peningkatan popularitas ini membuat roti tersebut tidak lagi terbatas pada lingkup Manokwari. Informasi tentang roti ini menyebar, baik melalui cerita langsung maupun melalui orang-orang yang membawanya ke daerah lain.
Penyebaran ke Kota-Kota Besar
Setelah dikenal di luar Manokwari, Roti Abon Gulung mulai muncul di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Solo, dan Bandung. Beberapa pihak di luar Papua memproduksi roti serupa, sementara yang lain memesan langsung dari Manokwari untuk dijual kembali.
Perkembangan teknologi, termasuk media sosial dan platform jual beli online, turut membantu roti ini dikenal lebih luas. Banyak orang mulai menemukannya sebagai bagian dari paket oleh-oleh khas Papua, bersama produk lain seperti kopi atau sagu.
Proses penyebaran ini menunjukkan bagaimana sebuah produk lokal dapat menjangkau wilayah yang lebih luas. Tentu didukung oleh minat masyarakat dan akses yang semakin mudah.
Keistimewaan Roti Abon Gulung Papua
Roti Abon Gulung memiliki tekstur roti yang lembut dengan lapisan abon di atasnya, yang kemudian digulung. Bentuk dan rasanya menjadi ciri pembeda dari roti lain. Meskipun kini banyak variasi serupa di berbagai daerah, Manokwari tetap dikenal sebagai tempat asalnya.
Hingga saat ini, Hawai Bakery di Manokwari masih menjadi salah satu produsen utama, meskipun roti ini juga dibuat oleh banyak pihak baik di dalam dan di luar Papua. Bagi sebagian orang, roti ini tetap diasosiasikan dengan Papua karena asal-usulnya.
Demikianlah kisah Roti Abon Gulung yang mengawali langkahnya dari Manokwari, Papua Barat. Sentuhan tangan dingin Jimmy Irianto yang memperkenalkan roti ini pada 2005. Dari sana, roti ini berkembang dan menyebar ke berbagai kota besar di Indonesia.
Meskipun menjadi bagian dari identitas kuliner Manokwari, roti ini tidak berasal dari tradisi asli masyarakat Papua, melainkan jadi bagian kreativitas bakers dari luar Papua yang seiring waktu menjadi ciri khas Manokwari. Sebuah bukti bahwa akulturasi dapat terjadi kapan saja, termasuk pada bidang bakery.
Inilah contoh kearifan nilai budaya Indonesia melalui wujud sepotong roti yang mampu diterima oleh siapa saja.