Setelah 5 bulan belajar, ia menawarkan diri untuk menjadi baker agar bisa menggantikan beberapa rekannya yang berhalangan masuk. Tanpa pikir panjang, atasan Qomarudin menyetujuinya. Qomarudin pun melakukan tugasnya dengan baik dan akhirnya diangkat menjadi baker di toko kue tersebut.
Setelah menguasai proses pembuatan kue selama 1 tahun, ia kemudian melamar di toko roti lain dengan pendapatan yang lebih besar dari toko sebelumnya. Bahkan, Qomarudin bekerja di 2 toko roti.
Terjadi Titik Balik Ketika Pandemi
Qomarudin mengisahkan ketika di Trenggalek itu ia sudah membuat terang bulan mini dan donat. “Iya, kan bahannya sama-sama tepung. Bikinnya manual pake tangan,” kata Qomarudin.
Kemudian terjadilah pandemi yang membuat dirinya harus mengambil keputusan bisnis yang krusial.
“Setelah corona itu, kepentok saya jual motor CB buat beli alat mixer itu, akhirnya ya bikin roti. Punya alat mixer, punya oven kecil itu,” tutur Qomarudin. “Awalnya itu bikin 5 kilo. Gak nyampe 3 jam sudah habis. Sehabis itu setiap hari continue 5 kilo, 10 kilo,” lanjutnya sebagaimana dilansir dari channel YouTube Kominfo Trenggalek.
Saat ini Roti Cak’O memiliki 20-25 item roti. Sementara itu item yang menjadi favorit pembeli adalah Roti Cak’O bun. Roti yang bundar di bagian atasnya itu ia banderol di harga Rp2,500. “Saya pukul rata di harga Rp2,500,” jelasnya.
Kini ia bisa memproduksi sekitar 1.200 hingga 1.500 kue, dan jika ada pesanan, ia bahkan bisa menjual 2.500 hingga 4.000 kue dalam sehari. Omzetnya pun meningkat dari Rp500.000 per hari menjadi Rp1 juta per hari bahkan mencapai Rp10 juta per hari.
Itulah sekelumit kisah sukses mantan office boy yang menjadi pengusaha roti di daerah. Semoga Anda terinspirasi setelah membaca ulasan singkat ini. Yuk semangat terus dalam mencari rejeki dan terus berkreasi!