Legenda dan Filosofi Kue Bulan Khas Imlek

Masih berkaitan dengan Chang E, ada kelinci giok yang menemaninya agar tidak kesepian bukan? Nah menurut legenda, Kaisar Langit ingin menguji seberapa besar kesetiaan tiga hewan yaitu kera, rubah, dan kelinci.

Kaisar menyamar menjadi kakek yang tersesat di hutan dan kelaparan kemudian meminta bantuan kepada ketiga hewan itu. Kera kemudian memberikan buah-buahan yang ia cari di hutan, sementara rubah memberikan ikan yang ia tangkap dari sungai Akan tetapi kelinci giok tidak mampu membawa apapun.

Akhirnya kelinci menawarkan untuk mengorbankan diri ke dalam api agar sang kakek dapat menyantap dagingnya. Setelah ia melompat ke dalam kobaran api, Kaisar Langit merasa terharu dan membangkitkan si kelinci. Bukan itu saja, kelinci juga ditunjuk menjadi pembuat ramuan abadi di kahyangan. Wah sungguh menarik ya kisah tentang pengorbanan ini!

Makna Kue Bulan di Era Modern

kue bulan khas imlek
Ilustrasi mooncake. Foto: Pikist.

Walaupun di balik kue khas Imlek ini tersimpan kisah legenda, tidak menghilangkan makna mendalam sampai ke masa modern. Saat ini kudapan lezat tersebut selalu tersaji saat acara dan hari besar seperti Tahun Baru Tionghoa, Festival Musim Gugur atau Festival Kue Bulan.

Di acara-acara seperti ini, kudapan yang memiliki kisah legenda menarik itu selalu disajikan dan dibagikan kepada keluarga besar yang berkumpul. Masyarakat Tionghoa menggunakan camilan dengan isian coklat dan rasa lainnya ini sebagai sarana untuk memperkuat ikatan kekeluargaan dan rasa saling memiliki.

Selain itu, di dalam kue bulan terselip berbagai macam doa kebaikan dan harapan baik. Mereka saling mendoakan semua orang agar selalu hidup dalam harmoni dan penerimanya mendapatkan kelapangan dan kemakmuran dalam hidup.

Baca juga: Aneka Kue Beras Korea, Pecinta Drakor Wajib Tahu Nih! 

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments