Lapis legit adalah salah satu kue tradisional Indonesia yang tidak hanya terkenal karena kelezatannya, tetapi juga karena filosofi dan makna simbolis yang mendalam.
Dalam perayaan Tahun Baru Imlek, kudapan ini kerap hadir sebagai simbol harapan, keberuntungan, dan kemakmuran.
Bagaimana sejarah dan maknanya berkembang hingga menjadi bagian dari tradisi? Mari kita telusuri bersama.
Sejarah Lapis Legit
Sejarah kue ini berakar dari masa penjajahan Belanda di Indonesia. Dalam bahasa Belanda, kue ini disebut spekkoek, yang berarti “kue lemak babi.” Dilansir dari RRI.co.id (05/08/24), nama tersebut merujuk pada lapisan-lapisan kue yang menyerupai lemak babi.
Ketika diperkenalkan di Indonesia, resep ini kemudian diadaptasi oleh masyarakat lokal dengan menambahkan rempah-rempah Nusantara. Rempah yang digunakan seperti kayu manis, cengkeh, dan pala, sehingga menghasilkan rasa yang khas dan lebih sesuai dengan selera masyarakat Indonesia.
Menurut Hermina Sutami, Guru Besar Studi China Universitas Indonesia, arti lapis legit baru ditemukan setelah kue ini hadir dan mulai digunakan sebagai sajian altar.
Kue ini dikenal sebagai makanan mewah yang berbeda dari kue jajanan pasar, menjadikannya hidangan yang spesial untuk acara-acara besar seperti Imlek.
Filosofi dari Lapisan demi Lapisan
Kudapan ini kemudian memiliki filosofi yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Lapisan-lapisan pada kue ini melambangkan rezeki yang bertumpuk, kehidupan yang terus maju, dan keberuntungan yang berlipat-lipat.
Hermina menjelaskan bahwa makna ini mencerminkan harapan untuk kehidupan yang lebih baik dan lebih tinggi.
“Ada yang bilang, kita hidup ini banyak undakannya, maju dan meninggi. Makin tinggi yang diharapkan, makin baik,” ujarnya.
Dengan memberikan kue ini kepada keluarga atau teman saat Imlek memiliki arti mendoakan mereka agar selalu diberkati dengan keberuntungan dan kemakmuran sepanjang tahun.
Filosofi ini juga tercermin dari proses pembuatannya, yang membutuhkan kesabaran, ketelitian, dan ketekunan—sebuah simbol perjalanan hidup yang penuh tantangan.
Lapis Legit dan Tradisi Imlek
Di perayaan Imlek, lapis legit bukan hanya sekadar hidangan penutup. Menurut salah seorang pemilik toko kue tionghoa, kue ini melambangkan rezeki yang bertumpuk dan melimpah.
“Kalau di Tionghoa, maknanya kita makan bolu berlipat-lipat, bersusun-susun, jadi maknanya rezeki bertumpuk, berlimpah,” ujarnya.
Meski begitu, tidak semua komunitas Tionghoa di dunia menjadikan kudapan ini sebagai bagian dari tradisi Imlek.
Hermina menyebut bahwa lapis legit lebih dikenal di kalangan masyarakat Tionghoa Nusantara, terutama di Indonesia. Bahkan di Belanda, kue ini kerap dijumpai di pasar Tong Tong di Den Haag, di mana tradisi Nusantara terus dilestarikan.
Perkembangan di Masa Kini
Seiring dengan perkembangan zaman, kue berlapis ini kini hadir dengan berbagai varian rasa seperti pandan, cokelat, dan keju.
Namun, makna simbolis dan tradisi yang melekat pada kue ini tetap dipertahankan. Setiap lapisan kue membawa harapan untuk keberuntungan, kemakmuran, dan kebahagiaan yang tak terputus sepanjang tahun.
Inilah kue yang memiliki sejarah, tradisi, dan filosofi yang kaya. Dalam setiap potongannya, terkandung doa dan harapan untuk kehidupan yang lebih baik.
Terselip doa tentang keberuntungan melimpah, dan rezeki yang terus bertambah. Di meja perayaan Imlek, lapis legit tidak hanya menjadi sajian lezat, tetapi juga pengingat akan nilai-nilai kehidupan yang patut dijaga.
Selamat Tahun Baru Imlek! Gong Xi Fa Cai. Semoga tahun ini membawa keberuntungan, kebahagiaan, dan kemakmuran untuk kita semua.