Di balik kesuksesan Marugame Udon, jaringan restoran udon yang kini mendunia, ada kisah inspiratif seorang pria bernama Takaya Awata. Berawal dari kegagalan dan tekad yang kuat, Awata berhasil membangun kerajaan bisnis yang kini memiliki hampir 1.900 cabang di seluruh dunia.
Awal Perjalanan: Dari Mahasiswa DO Hingga Pengusaha
Pada tahun 1985, Takaya Awata memutuskan untuk keluar dari Kobe City University of Foreign Studies. Keputusan tersebut menjadi awal dari perjalanannya di dunia bisnis. Di usia 23 tahun, ia membuka restoran ayam panggang, tetapi usahanya tidak berjalan sukses.
Kegagalan tersebut tidak memadamkan semangat Awata. Saat mengunjungi kampung halaman ayahnya di Prefektur Kagawa, yang terkenal dengan kedai udonnya, ia menemukan “pengalaman emosional saat makan” yang menginspirasi dirinya untuk menekuni bisnis udon.
Lahirnya Toridoll dan Marugame Udon
Pada tahun 1990, Awata mendirikan Toridoll Holdings, cikal bakal Marugame Udon. Filosofinya sederhana: menyajikan udon segar, aromatik, dan berkualitas tinggi.
Ia menolak menggunakan udon yang diproduksi massal dan memilih konsep open kitchen, di mana pelanggan bisa menyaksikan langsung proses pembuatan udon.
Restoran ini juga mengusung konsep self-service, yang menawarkan harga terjangkau dan pengalaman bersantap interaktif. Konsep ini pertama kali diwujudkan dalam restoran bernama Marugame Seimen, yang kini dikenal sebagai Marugame Udon.
Ekspansi Marugame Udon
Di bawah kepemimpinan Awata, Marugame Udon memulai ekspansi internasional dengan membuka cabang pertama di Hawaii pada tahun 2011. Selanjutnya, restoran ini menyebar ke berbagai negara, termasuk Tiongkok, Indonesia, dan Inggris.
Pada tahun 2021, gerai udon ini membuka cabang di London dan memberikan pengalaman baru bagi pelanggan lokal.
Perjalanan bisnisnya seiring sejalan dengan visi berbagi untuk sesama. Terbukti saat pandemi, Awata menunjukkan kepeduliannya. Ia menyediakan udon gratis untuk anak-anak kurang mampu dan petugas kesehatan melalui truk makanan keliling.
Visi dan Rencana Besar
Awata memiliki visi besar untuk bisnis jaringan udonnya. Ia ingin menciptakan “pengalaman autentik dan indrawi” bagi pelanggan dengan memadukan cita rasa lokal dan keunikan konsep dapur terbuka.
Melalui visi itu, kini Toridoll kini tidak hanya fokus pada udon, tetapi juga mengembangkan sajian lain seperti ramen, bihun pedas, dan tempura.
Perusahaan ini berencana untuk menambah jumlah restorannya. Dilansir dari Detik (31/08/23), restorannya ini memiliki target untuk berkembang hingga lebih dari 5.500 cabang dalam lima tahun ke depan. Tak hanya itu, jaringan udon ini juga berencana meningkatkan pendapatannya hingga $2 miliar.
Pesan dari Kisah Awata
Perjalanan Takaya Awata membuktikan bahwa kegagalan adalah bagian dari proses menuju kesuksesan.
Dengan dedikasi, inovasi, dan keberanian mengambil langkah besar, ia berhasil membangun kerajaan bisnis yang tak hanya menjual makanan, tetapi juga pengalaman.
Kini, Marugame Udon menjadi salah satu merek udon paling ikonik di dunia, membawa cita rasa otentik Jepang ke berbagai penjuru. Apakah Anda sebagai pengusaha kuliner juga memiliki semangat serupa seperti Awata?