Roti Kanung Bogor adalah salah satu cerita UMKM legendaris yang bertahan hampir lima dekade. Usaha ini dimulai oleh Ibu Nur Ahmad Sungkar, seorang single mother yang harus menghidupi enam anak setelah suaminya meninggal dunia. Dengan kondisi ekonomi yang sulit, Ibu Nur mencari cara agar semua anaknya tetap bisa bersekolah. Dari dapur rumah, ia mulai memproduksi roti canai untuk dijual ke lingkungan sekitar pada tahun 1974.
Roti Kanung Bogor hari ini diteruskan oleh Cholid Askar, generasi kedua yang berhasil membawa roti konde legendaris ini menjangkau 31 kota dan kabupaten di Indonesia. Namun di balik keberhasilan tersebut, terdapat perjalanan panjang yang dimulai oleh sang ibu, Nur Ahmad Sungkar, hampir lima dekade lalu.
Dari Roti Maryam Menjadi “Roti Konde”: Identitas Khas Kanung Bogor
Walaupun berbasis pada roti canai atau roti maryam, Kanung Bogor memiliki ciri khas sendiri. Mereka menamai produknya “roti konde” sebagai bentuk diferensiasi sekaligus identitas. Nama ini dipilih karena bentuk adonan sebelum dipipihkan memang menggulung melingkar menyerupai konde wanita, sehingga lebih mudah diingat dan menjadi trademark keluarga sejak dulu.

Roti konde Kanung Bogor kemudian menjadi salah satu ikon kuliner Ramadhan di Bogor. Teksturnya yang lembut dan gurih membuatnya selalu diburu warga, baik untuk disantap sendiri ataupun oleh-oleh.
Kini produksi roti konde dapat mencapai 1.000 pcs per hari, tetap dijaga dengan resep dan cara pembuatan yang sama seperti dulu. Tetap konsisten, dan tidak mengikuti tren yang mengubah karakter dasarnya. Termasuk ketebalan produk.
Asyid/Asidah: Dessert Yaman dengan Sentuhan Indonesia
Selain roti konde, Kanung Bogor juga memproduksi hidangan unik bernama asyid atau asidah, dessert tradisional dari Yaman. Biasanya makanan ini dibuat dari tepung terigu dengan campuran rempah-rempah, bertekstur lembut seperti bubur padat.
Di negara asalnya, asidah menggunakan pemanis dari kurma. Namun Kanung Bogor melakukan penyesuaian agar lebih cocok di lidah masyarakat Indonesia dengan menggantinya menggunakan gula aren, sehingga menghasilkan rasa manis yang hangat dan aromatik.
Asidah ini menjadi salah satu signature food Kanung Bogor yang jarang ditemukan di tempat lain dan menambah kekayaan ragam produk mereka.
Memberdayakan Difabel & Memperluas Jangkauan
Salah satu nilai penting dari Kanung Bogor adalah komitmen mereka untuk memberdayakan pekerja difabel. Beberapa anggota tim produksi berasal dari kalangan penyandang disabilitas yang diberi pelatihan, ruang, dan kepercayaan penuh untuk bekerja secara mandiri. Langkah ini tidak hanya membantu operasional, tetapi juga memberi kesempatan sosial yang berarti.
Saat ini Kanung Bogor telah hadir di 31 kota dan kabupaten, termasuk Jakarta, Bandung, Cilacap, Surabaya, Medan, Riau, dan Balikpapan. Mereka terus melakukan ekspansi dan memiliki rencana membuka cabang baru di Bali serta Lombok.
Selain roti konde dan asidah, Kanung Bogor juga memproduksi berbagai makanan bergaya Timur Tengah seperti sambosa, martabak Mesir, kebab, dan lainnya. Khusus bulan Ramadhan, pesanan bisa mencapai 400–500 roti konde dan 100 kulit sambosa per hari.
RUN: Café Baru sebagai Simbol Perjalanan
Keluarga Kanung kini juga membuka café bernama RUN — dibaca run, bukan “ran”. Nama ini adalah kebalikan dari “Nur”, digunakan sebagai simbol perjalanan balik kepada sosok ibu yang menjadi fondasi usaha ini. RUN hadir sebagai tempat makan yang lebih modern, menyajikan beberapa menu khas Kanung Bogor dalam konsep café yang lebih kasual dan nyaman.







