Ada sebuah toko roti yang sangat serius dalam menggarap menu andalannya. Gerai yang dimaksud adalah artisan bakery Nool/Strala dengan sajian croissant yang disiapkan sangat mendetail mulai dari tampilan hingga rasa. Demi menyajikan kualitas terbaik waktu yang diperlukan bahkan mencapai hingga 3 hari.
Jika menengok kembali ke masa dua tahun lalu banyak artisan bakery yang tumbuh sebagai dampak dari pandemi. Di masa-masa ini tidak sedikit orang yang menghabiskan waktu luang mempelajari tata cara baking. Dari sekian jumlahnya itu sebagian ada yang menjadi serius dan total dalam menjalani bisnis.
Artisan Bakery yang Mengawali Langkah Sejak Masa Pandemi
Salah satu bakery yang totalitas dalam meracik berbagai menunya terutama croissant adalah artisan bakery bernama Nool/Strala. Usaha yang didirikan oleh Kade Chandra dan Laura Hidayat ini memulai perjalanannya ketika pandemi Covid-19 merebak di seluruh dunia pada tahun 2020.
Ada kisah menarik dari konsep artisan bakery yang diusung oleh Nool/Strala yaitu seluruh proses pembuatan yang dilakukan menggunakan cara alami. Apa yang dimaksud alami di sini?
“Kami tidak menggunakan bahan pengawet. Kemudian sebagian besar produk yang kami buat menggunakan tangan sehingga natural atau istilah kata handmade. Memang pemakaian mesin masih tetap ada, akan tetapi hampir 60% proses yang kami lakukan menggunakan tangan,” kata Kade sebagaimana dilansir oleh Detik Food.
Hal ini diamini oleh Laura yang menyampaikan bahwa penggunaan mesin hanya demi mempersingkat waktu pada beberapa langkah pembuatan. Dengan begitu waktu yang dibutuhkan tidak begitu lama.
Pendiri Artisan Bakery Bukan Anak Kemarin Sore
Walaupun bisnis Nool/Strala ini baru berdiri pada tahun 2020 lalu, namun pendirinya bukan kaleng-kaleng. Mereka bahkan sudah berpengalaman mendirikan usaha kuliner masing-masing sebelum sepakat bekerjasama.
“Sebelumnya saya adalah seorang chef, sementara Laura memiliki latar belakang keahlian mengolah pastry. Ia memiliki restoran di Senopati sementara saya di Menteng,” lanjut Kade.
Ketika pandemi menyerang terpaksa usaha mereka berdua sempat harus tutup tetapi mereka tidak ingin berdiam diri. Mereka pun terus belajar, mencoba berjualan online, kemudian menjalin relasi.
Mereka berdua yang sebelumnya berpendidikan kuliner di At-Sunrice GlobalChef Academy di Singapura memutuskan untuk mendirikan bakery. Keputusan itu diambil karena pertimbangan bahwa usaha seperti ini memiliki peluang besar ke depan.
“Apalagi orang Indonesia punya ketertarikan besar terhadap pastry, dan semenjak masa pandemi segala hal mengenai sourdough banyak diminati,” lanjut mereka berdua.
Pengolahan Croissant di Artisan Bakery Nool/Strala Sangat Serius
Karena Kade dan Laura memiliki latar belakang pendidikan kuliner, maka produk yang mereka buat pun dipastikan berkualitas. Salah satu caranya melalui penggarapan yang sangat serius. Contoh paling jelas dapat dilihat dari proses pembuatan croissant sampai membutuhkan waktu 3 hari. Lamanya waktu ini diperlukan untuk proses pembuatan adonan hingga pemanggangan.
“Kami membuat croissant dengan cara cold proof. Bukan dibuat hari ini, dipanggang hari ini, melainkan diolah hari ini agar lusa siap disajikan sehingga total mencapai 3 hari,” kata Kade.
Proses itulah yang membuat artisan bakery Nool/Strala menjadi berbeda dibandingkan bakery lain. Sebab kebanyakan kompetitornya melakukan proses pembuatan hanya satu hari saja.
Proses Pembuatan Croissant
Sementara itu menarik untuk disimak seperti apa proses pembuatan croissant yang sangat mendetail dilakukan oleh Nool/Strala. Menurut mereka berdua, hari pertama adonan dibuat seperti membuat roti pada umumnya. Setelah itu diistirahatkan kemudian dilakukan proofing di dalam chiller.
“Hari pertama adonan diolah seperti membuat roti biasa, diistirahatkan untuk kemudian proofing dalam chiller agar adonan bisa naik perlahan-lahan. Dengan kata lain proses fermentasinya terjadi pelan-pelan,” terang Kade.
“Memasuki hari kedua, adonan yang belum diberikan butter tadi diberikan butter sheet yaitu komponen mirip butter hanya saja berbentuk lempengan. Kemudian digabung, dilipat, untuk menjadi banyak lapisan menggunakan alat laminasi. Setelah itu dilipat-lipat hingga menghasilkan 36 lapis adonan. Aneka lapisan ini terdiri dari adonan, butter, adonan kembali, butter, dan begitu selanjutnya,” kata Kade.
Kemudian pada hari ketiga dilakukan proses pembentukan atau shaping. Caranya dimensi croissant berbentuk segitiga sudah dilakukan pengukuran dan dipotong dengan rumus 1 berbanding 3.
“Rumus 1 banding 3 ini yaitu kakinya berukuran 10 cm, tinggi mencapai 20 cm,” ujar Kade. “Selanjutkan dimasukkan ke dalam mesin retarder proofer yang mampu melakukan proofing otomatis hingga besok pagi. Dengan begitu tidak akan terlalu mengembang dengan suhu juga terjaga baik.”
Sementara itu saat croissant dibakar diperlukan waktu mencapai 18 menit pada suhu 200 derajat celcius.
Baca juga: Hebat! Baguette dari Prancis Diangkat Menjadi Warisan Budaya oleh UNESCO
Menu Klasik yang Menjadi Incaran
Artisan bakery Nool/Strala mampu memproduksi sedikitnya 100-200 croissant per harinya. Varian yang paling diincar pembeli rupanya varian klasik yang polos dengan hanya rasa mentega. Menurut Kade dan Laura minat yang tinggi terhadap varian klasik ini disebabkan karena rasa butter lebih terasa.
Harga untuk menikmati croissant berkarakter polos ini dibanderol Rp25ribu hingga Rp38 ribu untuk berbagai varian lainnya.
Potensi usaha artisan bakery ini nampaknya akan terus berkembang karena baik Kade dan Laura sudah memiliki rencana ke depan. Mereka ingin membuka gerai di Serpong dan outlet di Kelapa Gading.
Inilah wujud dari keseriusan menggarap bisnis croissant yang diawali ketika masa pandemi. Kembali terbukti bahwa di tengah situasi sulit sekalipun akan selalu ada jalan bagi siapa saja yang mau menekuni sesuatu. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda juga ingin mendirikan bisnis bakery seperti Nool/Strala?
Baca juga: Berbagai Toko Roti Croissant Hits dan Unik di Jakarta