Cake Donat Adalah Donat Jadul Tahun 80-an yang Kembali Hadir di Jakarta

Bagi banyak orang Jakarta, Cake Donut yang dibuat oleh brand Donat Sarinah bukan sekadar camilan manis, tetapi bagian dari ingatan masa kecil. Donat berbentuk cincin dengan tekstur padat dan rasa klasik ini sudah hadir sejak era 1980-an, ketika mal di Jakarta masih bisa dihitung dengan jari. Kini, di bawah pengelolaan Saweri Sampetoding sebagai generasi kedua, Donat Sarinah kembali beroperasi di Sarinah dengan resep dan cara produksi yang tetap setia pada akar sejarahnya.

Dari American Donut ke Donat Sarinah

Menurut penuturan Saweri, donat ini sudah dikembangkan sejak akhir tahun 70-an dengan nama awal American Donut. Di era 1980-an, gerainya menjadi salah satu pionir donat di pusat perbelanjaan Jakarta. Saat itu, hanya ada dua mal besar yang populer yaitu Sarinah dan Ratu Plaza, dan American Donut sudah hadir di keduanya.

Inilah yang membuat Donat Sarinah sering disebut sebagai donat pertama di mal Jakarta. Banyak pelanggan yang kini sudah dewasa mengingat gerai donat ini sebagai bagian dari pengalaman jalan-jalan ke Sarinah di masa kecil.

Cake Donut: Padat dan Berbeda dari Donat Modern

Jenis donat yang diusung Donat Sarinah adalah cake donut, bukan yeast donut seperti banyak donat populer masa kini.

Perbedaannya cukup jelas:

  • Cake donut: adonan semi-cair langsung masuk ke fryer, tanpa proses proofing (pengembangan adonan). Teksturnya lebih padat, bisa dikatakan adalah cake yang digoreng.

  • Yeast donut: adonan dibentuk, kemudian didiamkan terlebih dahulu untuk mengembang, baru kemudian digoreng. Hasilnya lebih empuk dan “fluffy”.

Saweri menjelaskan bahwa Donat Sarinah memang sengaja mempertahankan karakter cake donut yang padat dan “kokoh”, berbeda dari tren donat masa kini yang menonjolkan kelembutan dan keringanan tekstur.

“Kita ini cake donut. Kayak cake yang digoreng. Dalamnya lebih padat, seperti funnel cake,” jelasnya.

Mesin Robot Donat dari 1980-an

Salah satu hal unik dari Donat Sarinah adalah penggunaan mesin robot otomatis asal Amerika Serikat yang sudah digunakan sejak era 1980-an dan masih dipakai hingga sekarang, dengan brand yang sama.

Prosesnya kurang lebih seperti ini:

  • Adonan setengah cair dimasukkan ke dalam hopper,

  • Hopper menjatuhkan adonan langsung ke minyak panas,

  • Bentuk donat terbentuk sempurna di fryer,

  • Dalam satu jam, mesin ini dapat memproduksi sekitar 300 donat.

Secara teknis, adonan cake donut memang bisa digoreng manual dengan wajan biasa, tetapi bentuk dan konsistensinya akan sulit diseragamkan. Karena adonan masih cair, pembentukan cincin donat harus dibantu mesin agar hasilnya rapi dan efisien.

Diproduksi dari Nol di Tempat, Tanpa Central Kitchen

Berbeda dengan banyak brand modern yang mengandalkan central kitchen, Donat Sarinah memproduksi donatnya langsung di lokasi.

Semua dibuat from scratch di gerai. Langkahnya, pertama adonan diolah di tempat, langsung masuk mesin dan digoreng, terakhir diberi topping dan siap disantap.

Model ini sejalan dengan karakter cake donut yang mengandalkan impulsif buying dimana orang tertarik membeli karena melihat donat digoreng langsung dan masih hangat ketika disajikan.

Varian Rasa yang Tidak Diubah

Sampai sekarang, Donat Sarinah hanya mempertahankan empat varian klasik, yaitu cokelat, gula halus, kacang, dan keju.

Tidak ada tiramisu, matcha, blueberry atau rasa “kekinian” lainnya. Menurut Saweri, hal ini bukan semata-mata soal konservatif, tetapi soal karakter adonan.

Dough cake donut Donat Sarinah sudah punya rasa yang kuat ketika dimakan polos. Jika ditabrakkan dengan topping yang terlalu kuat, hasilnya justru “tidak karuan”.

Vakum, Kebakaran, dan Kelahiran Kembali di Era Sarinah Reborn

Setelah berjaya di era 1980-an, perjalanan Donat Sarinah sempat terhenti. Kebakaran yang terjadi di Sarinah saat itu membuat banyak toko tutup dan brand ini ikut vakum.

Ketika Sarinah Reborn hadir dengan bangunan dan konsep baru, manajemen Sarinah mengundang kembali sejumlah tenant lama yang dianggap ikonik dan melekat dengan Jakarta, termasuk Donat Sarinah.

Bagi Saweri, ini bukan hanya soal bisnis, tetapi juga soal menghadirkan kembali bagian kecil dari sejarah kuliner Jakarta:

“Saya pengin donat tahun 80-an ini bisa ada lagi di tengah masyarakat. Donat yang menurut saya enak banget di masa kecil dan ikut membentuk Jakarta waktu itu.”

Waffle Jadul dan Bakery Sarinah

Selain donat, ada satu produk lain yang ikut dihadirkan kembali: waffle jadul. Waffle ini berbeda dari Belgian waffle modern. Bentuknya sederhana, bahkan masih menggunakan tusuk sate seperti pada era 1980-an.

Saat Donat Sarinah kembali ke Sarinah, mereka juga menggabungkan konsep dengan bakery, untuk menghidupkan kembali budaya lama: dulu, orang ke Sarinah untuk membeli donat, lalu turun ke bakery. Pola ini secara mengejutkan “berulang”, karena banyak pengunjung yang masih mengingat kombinasi donat dan bakery di Sarinah.

Menjaga Donat Jadul Tetap Hidup

Bagi Saweri Sampetoding, keberlanjutan Donat Sarinah bukan semata soal untung-rugi. Ia menyebut bahwa hal terpenting baginya adalah melihat donat jadul ini hidup lagi dan bisa dinikmati generasi sekarang.

Soal bisnis, tentu tetap harus dihitung. Tapi ada dimensi lain yang ia jaga:
nostalgia, identitas kota, dan cita rasa klasik yang tidak ingin hilang ditelan waktu.

Dengan tetap setia pada cake donut, resep lama, empat rasa OG, dan proses produksi yang autentik, Donat Sarinah menempati posisi unik di tengah tren donat modern. Bagi mereka yang ingin merasakan donat legendaris Jakarta dengan gaya dan cita rasa tahun 80-an, Donat Sarinah menawarkan pengalaman yang sulit digantikan.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments