Festival Pacu Jalur di Kuantan Singingi, Riau, bukan sekadar lomba perahu. Acara ini menjadi simbol budaya dan kebersamaan yang diwariskan turun-temurun. Ribuan orang berkumpul setiap tahun.
Mereka datang bukan hanya untuk menyaksikan adu cepat di Sungai Kuantan, tapi juga untuk menikmati suasana yang penuh semangat, musik, dan tentu saja, kuliner khas yang selalu menyertainya.
Lebih dari Sekadar Camilan di Acara Pacu Jalur
Setiap selesai perlombaan, masyarakat akan menyajikan berbagai makanan tradisional sebagai bagian dari perayaan. Kudapan-kudapan ini bukan hanya sekadar pengganjal perut, tapi memiliki makna budaya yang mendalam.
Beberapa di antaranya bahkan dulunya hanya disajikan dalam acara penting seperti pesta pernikahan, khitanan, atau peringatan hari besar Islam.
Konji Anak Loba: Bubur Tradisional yang Menghangatkan
Konji anak loba adalah bubur dari tepung beras yang dimasak hingga kental dan disajikan dengan siraman santan. Rasanya lembut dan gurih. Dulu hanya muncul di malam hari dalam acara besar, kini mulai sering dibuat di rumah atau dijual sehari-hari.
Godok Pisang: Renyah di Luar, Lembut di Dalam
Terbuat dari pisang matang yang dihaluskan lalu dicampur dengan tepung dan digoreng. Camilan ini sederhana tapi digemari banyak orang.
Godok pisang biasanya disajikan dalam barabuik jambar, wadah bambu berisi berbagai macam sajian tradisional.
Paniaram: Manis dan Kenyal Khas Melayu
Kue bundar pipih ini terbuat dari campuran tepung beras dan gula merah. Digoreng hingga bagian pinggirnya renyah.
Sekilas mirip kue cucur, tapi tekstur dan rasanya punya ciri khas tersendiri yang melekat di lidah.
Kue Buah Inai: Bentuknya Mirip Perahu Bagaikan di Pacu Jalur
Kue ini dibuat dari adonan ketan berisi gula merah, lalu dibentuk menyerupai perahu dengan daun pisang. Tampilan kue ini mirip seperti kue Bugis mandi.
Setelah itu, disiram dengan santan dan dikukus. Tampilan dan rasanya sangat khas dan menggugah selera.
Kue Buah Golek: Dibentuk dengan Telapak Tangan
Kue ini berasal dari Kepulauan Riau. Dibuat dari tepung ketan dengan isian kelapa parut dan gula putih.
Dibentuk lonjong dengan cara digulingkan di telapak tangan, lalu digoreng hingga matang.
Kehadiran kudapan ini menjadikan Festival Pacu Jalur lebih dari sekadar tontonan. Ia menjadi ruang di mana tradisi, rasa, dan kebersamaan bersatu dalam satu momen yang hangat dan membekas.