Jumbrek, Camilan dari Lamongan yang Sarat Sejarah dan Rasa

jumbrek camilan lamongan
Jumbrek, kudapan lamongan berbentuk seperti terompet. Foto: Optika.Id.

Lamongan memang dikenal lewat soto dan pecel lelenya, tapi di balik kuliner populer itu, ada satu camilan tradisional yang tak kalah menarik untuk dicoba. Namanya jumbrek, camilan dari Lamongan yang berasal dari daerah pesisir Paciran.

Bentuknya unik, rasanya legit, dan kisah di baliknya pun cukup panjang. Jumbrek bukan hanya sekadar kudapan, melainkan juga bagian dari budaya dan tradisi masyarakat setempat.

Asal Usul Nama dan Ciri Khas Jumbrek, Camilan dari Lamongan

Nama jumbrek berasal dari bentuk makanan ini yang nyaris kerucut, menyerupai terompet atau teropong. Dalam unggahan Perpusda Lamongan, disebutkan bahwa bentuk unik inilah yang menginspirasi penamaannya.

Jumbrek dibungkus menggunakan daun siwalan (lontar) yang banyak tumbuh di wilayah Paciran, memberikan aroma alami sekaligus ciri khas tersendiri.

Jumbrek punya tekstur kenyal dan rasa yang manis gurih. Adonan dasarnya terbuat dari tepung beras, santan, dan gula merah siwalan. Saat musim tiba, sering juga ditambahkan potongan nangka di bagian atas sebagai variasi.

Cara makannya pun unik. Biasanya dinikmati dengan cara mendorong isi dari bawah bungkus daun lontar agar keluar dari atas.

Sejarah Panjang Jumbrek dalam Tradisi Lamongan

Foto: @ellawakhid.

Jumbrek camilan dari Lamongan ini bukan makanan baru. Ia dipercaya sudah ada sejak abad ke-15 hingga ke-16. Dilansir dari Jatim Now (06 Feb 2023), kudapan ini dahulu disajikan sebagai suguhan bagi tamu-tamu penting. Misalnya saat berkunjung ke rumah para Wali atau Sunan di masa penyebaran Islam di pesisir utara Jawa.

Selain itu, jumbrek juga menjadi bagian penting dalam tradisi sedekah bumi, sebagai bentuk rasa syukur masyarakat atas hasil bumi dan keselamatan.

Proses Pembuatan yang Masih Tradisional

Pembuatan jumbrek dilakukan secara tradisional, bahkan dimulai sejak dini hari. Tepung beras dan santan diaduk hingga merata selama kurang lebih 25 menit. Di saat bersamaan, gula siwalan direbus sampai menjadi sirup kental.

Setelah itu, adonan dimasukkan ke dalam daun lontar berbentuk kerucut, lalu dikukus selama kurang lebih 30 menit. Proses ini dijalankan oleh banyak warga sebagai bagian dari industri rumahan di Paciran.

Oleh-oleh Murah dan Melegenda

Foto: Jumbrek Paciran.

Jumbrek bisa kamu temukan di warung-warung kecil sepanjang Jalan Raya Paciran hingga sekitar Wisata Bahari Lamongan dan Goa Maharani.

Dalam satu porsi bisa terdiri dari beberapa biji yang diikat jadi satu. Rasanya yang khas, bentuk unik, dan harganya yang terjangkau membuat jumbrek cocok dijadikan oleh-oleh khas dari Lamongan.

Salah satu tokoh yang dikenal menjaga eksistensi jumbrek adalah Bu Karmini, yang mulai berjualan sejak tahun 1960 di kawasan Sor Asem, Paciran.

Hingga kini, jajanan racikan beliau dikenal luas oleh warga lokal dan wisatawan. Dalam sehari, jumbrek produksinya bisa terjual hingga 1.000 biji.

Ukurannya besar dan aromanya harum menggoda. Saat ini, harga jumbrek dijual sekitar Rp4.000 per biji. Warungnya buka dari jam 05.00 hingga 17.00 WIB.

Jumbrek bukan sekadar makanan ringan. Ia adalah saksi sejarah, bagian dari tradisi, dan bukti kekayaan kuliner lokal Lamongan.

Jika kamu berkunjung ke Lamongan, sempatkan mampir ke Paciran dan cicipi langsung jumbrek, camilan dari Lamongan yang legendaris dan penuh cerita!

 

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments