Ka’ak, merupakan bintang street bread Lebanon yang menjadi salah satu ikon kuliner yang tidak boleh dilewatkan. Dari negeri yang sedang menjadi perhatian akibat serangan Israel, mari kita simak kisah roti khas dari Lebanon yang menyeruak ke permukaan.
Bentuk Ka’ak unik menyerupai cincin besar, dengan bagian berlubang di tepinya kerap disebut sebagai “Bagel dari Lebanon.” Kudapan ini juga dilengkapi taburan biji wijen di atasnya, membuatnya menjadi camilan favorit di berbagai kalangan.
Lebih dari sekadar makanan ringan, Ka’ak memiliki sejarah dan keistimewaan yang mendalam dalam tradisi kuliner Lebanon.
Sejarah dan Asal Usul Ka’ak
Ka’ak berasal dari kata Arab “كعك” yang berarti “roti kecil” atau “biskuit.” Meskipun roti ini banyak dikaitkan dengan Lebanon, sebenarnya Ka’ak juga populer di negara-negara lain seperti Yordania, Suriah, Palestina, hingga Mesir.
Di setiap negara, roti ini bisa memiliki variasi bentuk dan rasa yang sedikit berbeda. Akan tetapi ciri khasnya yang berbentuk cincin dan dipenuhi taburan biji wijen tetap ada di berbagai wilayah berbeda.
Secara historis, dulu Ka’ak dibuat menggunakan ragi alami yang terbuat dari kacang arab yang difermentasi.
Proses fermentasi ini mirip dengan metode pembuatan roti “salt rising bread” yang berasal dari wilayah Appalachian di Amerika Serikat.
Akan tetapi seiring perkembangan zaman, banyak pembuat roti yang beralih menggunakan ragi komersial atau adonan starter sourdough untuk mempermudah proses pembuatan. Meskipun begitu, metode tradisional pembuatan Ka’ak dengan ragi kacang arab masih bisa ditemukan di beberapa daerah.
Keunikan Roti Khas Lebanon Ka’ak: Kombinasi Tekstur dan Rasa yang Memikat
Salah satu hal yang membuat Ka’ak begitu istimewa adalah teksturnya yang unik. Dilansir dari Taste Atlas, bagian luar roti ini renyah, sementara bagian dalamnya tetap kenyal dan lembut.
Hal ini memberikan pengalaman makan yang beragam dalam satu gigitan. Selain itu, Ka’ak juga dikenal dengan rasa aromatiknya yang kuat. Aromatik ini terutama karena penggunaan wijen yang melimpah serta bumbu seperti thyme dan sumac.
Di Lebanon, Ka’ak tidak hanya dimakan begitu saja, tapi sering kali diisi dengan berbagai bahan yang menjadikannya lebih nikmat.
Beberapa isian populer antara lain za’atar (campuran herbal khas Timur Tengah yang terdiri dari thyme, wijen, dan sumac). Kemudian ada pula isian keju, selai kacang, madu, atau bahkan nutella untuk varian yang manis.
Roti ini juga kerap dinikmati dengan yogurt untuk memberikan keseimbangan antara rasa asin dan asam.
Sebuah Simbol Street Food
Ka’ak memiliki tempat khusus dalam budaya jalanan Lebanon. Di kota-kota besar seperti Beirut, Anda bisa dengan mudah menemukan penjual Ka’ak yang menjajakan roti ini dari gerobak-gerobak kecil di pinggir jalan.
Ka’ak biasanya digantung di tiang-tiang kayu atau diikat dengan tali, siap untuk dibeli oleh siapa saja yang lewat.
Banyak yang menyebut Ka’ak sebagai “bagel ala Lebanon” karena kemiripannya dengan roti bagel dari Amerika. Namun, Ka’ak memiliki tekstur yang lebih ringan dan tidak sepadat bagel.
Dengan harga yang sangat terjangkau, Ka’ak sering kali menjadi pilihan sarapan atau camilan sore yang sempurna bagi masyarakat lokal. Bahkan, di beberapa wilayah, Ka’ak dikenal dengan nama “kaakit al asroniyeh,” yang berarti roti sore, karena sering disantap pada waktu-waktu tersebut.
Ingin buat sendiri ka’ak di rumah? Yuk simak di halaman berikut!