Putu mayam dan putu mayang adalah dua jenis kue tradisional yang unik. Keduanya memiliki kemiripan dalam nama dan penampilan, namun ada sedikit perbedaan antara dua kudapan ini.
Mari kita bahas lebih lanjut tentang masing-masing kue tradisional ini, mulai dari sejarah, bahan-bahan, keunikan, hingga perkembangannya saat ini.
Sejarah dan Asal Usul
Putu Mayam berasal dari India Selatan, tepatnya dari negara bagian Tamil Nadu atau Kerala. Di sana, kue ini dikenal dengan nama Idiyappam dan biasanya disantap sebagai sarapan atau pendamping kari.
Putu mayam diperkenalkan ke Asia Tenggara oleh komunitas India yang merantau ke Malaysia, Singapura, dan Indonesia.
Menurut TasteAtlas, putu mayam adalah makanan jalanan yang populer di Malaysia, Sri Lanka, dan Singapura. Hidangan ini terdiri dari mi yang terbuat dari tepung beras atau idiyappam, yang kemudian diberi taburan kelapa parut dan manisan dari gula.
Di Singapura, kue ini sudah dikenal sejak tahun 1920-an, ketika pedagang kaki lima menjualnya dengan cara dibungkus koran dan dijajakan dari pintu ke pintu.
Di sisi lain, Putu Mayang merupakan kue tradisional khas Betawi. Nama “mayang” diyakini oleh sejarawan Betawi, Yahya Andi Saputra, berasal dari sosok perempuan dalam cerita rakyat Betawi, seperti yang dilansir oleh Kompas pada 21 September 2020.
“Mayang” digambarkan sebagai sesuatu yang indah dan bergelombang. Penamaan ini cocok dengan bentuk putu mayang yang menyerupai mi bergulung-gulung.
Menurut Yahya, putu mayang mungkin mendapat pengaruh dari putu mayam yang berasal dari India Selatan. Seiring waktu kudapan ini berasimilasi dengan budaya Betawi dan menjadi bagian dari tradisi kuliner masyarakat setempat.
Bahan-Bahan dan Proses Pembuatan
Putu Mayam dibuat dari tepung beras yang diolah menjadi adonan dan dicetak menjadi untaian halus seperti mi. Cetakan khusus digunakan untuk membentuk untaian ini, biasanya melalui saringan tradisional yang terbuat dari keranjang rotan berlubang-lubang.
Adonan tersebut kemudian dikukus dalam keranjang yang sama, memberikan aroma kayu yang khas pada mi. Secara tradisional, putu mayam disajikan di atas daun pisang untuk memudahkan konsumsinya. Makanan ini juga bisa disajikan sebagai pelengkap hidangan daging atau kari.
Nama makanan ini berasal dari dua kata, “putu,” yang dalam bahasa Melayu berarti kue beras, dan “mayam,” yang berasal dari kata “mayang,” yang berarti kelapa parut kering.
Sementara itu, Putu Mayang menggunakan bahan dasar tepung beras yang dicampur dengan tepung sagu untuk memberikan tekstur kenyal. Adonan ini dicampur dengan santan dan diberi pewarna alami sebelum dicetak menggunakan cetakan khusus yang menghasilkan bentuk mi bergelombang.
Setelah itu, adonan dikukus hingga matang. Putu mayang disajikan dengan kuah kinca, yang terbuat dari gula merah dan santan yang dimasak dengan daun pandan. Warna-warni cerah seperti putih, merah, dan hijau menambah daya tarik visual kue ini.
Cek halaman berikut yuk untuk tahu bagaimana perkembangan terkini kudapan ini!