Ketika mencari camilan apa yang akan Anda santap sering kali ditemukan bentuk yang mirip. Contohnya saja bagel roti berbentuk cincin yang sekilas sangat serupa dengan donat.
Masyarakat Indonesia mungkin lebih familiar dengan donat dibandingkan bagel. Karena itu ulasan kali ini lebih menitikberatkan pada bagel. Seperti sejarah, perkembangan, dan berbagai informasi seputar kudapan berbentuk cincin ini.
Berkenalan dengan Bagel Roti Berbentuk Cincin
Dilansir dari Britannica, Bagel adalah roti berbentuk cincin yang dibuat dari adonan mengandung ragi yang dipanggang. Karena itu kulitnya renyah dan bagian dalamnya padat. Bagel pada awalnya merupakan makanan khas orang Yahudi. Mereka menjadikannya sebagai sarapan atau camilan. Tak jarang mereka berikan tambahan seperti keju krim dan lox (salmon asap).
Sementara itu dilansir dari Delighted Cooking (23/04/2023), bagel merupakan roti yang dibentuk cincin. Kudapan ini direbus dahulu sebelum dipanggang. Teksturnya kenyal dengan lapisan luar sedikit renyah yang merupakan hasil dari cara menguleni adonan sedemikian rupa sebelum dimasak. Hal ini dilakukan agar adonan tersebut mencapai tingkat pengembangan yang ideal.
Sejarah Bagel
Agar lebih memahami mengenai perjalanan bagel, mari simak dari mana kudapan ini bermula.
Dilansir dari Smithsonian Magazine, sejarah bagel tidak diketahui secara pasti. Tetapi terindikasi kuat berasal dari Eropa Timur. Beberapa sumber menyebutkan bahwa bagel pertama kali muncul di kalangan komunitas Yahudi di Polandia pada abad ke-14 atau ke-17.
Nama bagel sendiri juga ada beberapa pendapat. Ada yang mengaitkannya dengan kata Jerman untuk stirrup (Bügel), karena bentuknya yang mirip dengan alat bantu menunggang kuda. Ada juga yang menganggapnya berasal dari kata Yiddish untuk cincin (beygl) atau kata Polandia untuk cincin (bajgiel).
Bagel Roti Berbentuk Cincin Populer di Amerika Serikat
Tingkat popularitas bagel menyebar ke berbagai negara khususnya yang memiliki komunitas Yahudi cukup besar. Misalnya Polandia, Kanada, Inggris, dan yang terbesar adalah Amerika Serikat khususnya di New York.
Karena banyak imigran Yahudi Eropa Timur yang pindah ke Amerika Serikat pada akhir abad ke-19, membuat pengaruh pada jenis makanan yang ada. Pada awalnya kudapan ini menjadi makanan khas komunitas Yahudi di New York sampai kemudian menarik perhatian masyarakat umum.
Melihat animo yang besar, banyak industri makanan yang kemudian turut mempopulerkan bagel. Contohnya industri makanan beku yang memasarkan bagel sebagai “muffin Inggris Yahudi”. Kemudian semakin berkembangnya industri juga memberi pengaruh pada berbagai rasa dan varian bagel. Roti ini juga menjadi dasar untuk berbagai camilan lainnya.
Apa Beda antara Bagel dan Donat?
Jika dilihat sekilas bisa jadi Anda terkecoh melihat bagel dan donat. Keduanya memiliki bentuk yang menyerupai cincin tetapi ada perbedaan yang signifikan lho!
Dilansir dari Culinary Debates, berikut beberapa perbedaan nyata antara kedua kudapan berbentuk cincin ini:
- Proses berbeda. Donat adalah adonan berbentuk cincin yang digoreng dengan metode deep-fried. Sementara bagel adalah produk berbentuk cincin yang direbus sebelum dipanggang.
- Tekstur berbeda. Bagel teksturnya lebih kenyal dan padat, sementara donat empuk dan berongga.
- Cara penyajian. Bagel biasanya disajikan dengan olesan seperti selai, mentega, keju krim, atau daging asap. Donat lebih cenderung diramaikan oleh berbagai taburan. Seperti gula halus, cokelat, kacang, atau selai buah.
- Bagel diyakini lebih sehat. Bagel cenderung lebih sehat daripada donat karena mengandung lebih sedikit lemak, gula, dan kalori. Menu populer di New York ini juga mengandung lebih banyak protein dan serat daripada donat.
Bagaimana Peluang Usaha Bagel di Indonesia?
Bagel memang memiliki latar belakang Yahudi yang kental. Sementara di Indonesia berbagai hal yang berkaitan dengan Yahudi cukup sensitif. Akan tetapi dengan beberapa penyesuaian dan semakin berkembangnya arus informasi, peluang untuk memperkenalkan kudapan dari Eropa Timur ini di Indonesia tetap terbuka lebar.
Ada beberapa faktor yang bisa mendukung potensi bisnis bagel di Indonesia, seperti:
- Pertumbuhan ekonomi dan kelas menengah yang meningkatkan permintaan akan makanan yang beragam dan berkualitas.
- Kebijakan pemerintah yang mempermudah perizinan dan memberikan insentif bagi investasi asing, terutama di sektor pariwisata.
- Keberadaan komunitas ekspatriat yang mungkin sudah familiar dengan bagel dan mencari alternatif sarapan atau camilan.
- Kemungkinan untuk mengkreasikan bagel dengan rasa lokal menyesuaikan selera konsumen Indonesia.
Khasanah kuliner dunia sangat luas. Jika Anda ingin mencoba ceruk pasar baru, cobalah eksplorasi dan bereksperimen dengan bagel. Siapa tahu ke depan Anda menjadi salah satu pionir kudapan mirip donat ini di Indonesia! Bagaimana? Ingin coba?