Jika Anda berjalan-jalan ke kota di Jawa Barat seperti Bandung dan sekitarnya, Anda dengan mudah menemukan sekotak Kue Balok untuk oleh-oleh. Selidik punya selidik, menurut berbagai sumber rupanya kudapan yang menjadi teman minum teh ini sudah ada sejak era kolonial Belanda.
Mari kita jelajahi sejarah Kue Balok, kudapan yang memiliki akar sejarah sejak era kolonial Belanda dan terus menjadi kudapan favorit di Jawa Barat hingga saat ini
Kue Balok si Bolu Padat dari Tanah Pasundan Sudah Ada Sejak Era Kolonial
Kudapan dengan bentuk mirip pukis ini memiliki akar sejarah sejak tahun 1899. Dilansir dari Koropak.Co.Id, pada tahun tersebut sudah banyak berdiri toko roti khas Belanda. Pertumbuhan bakery tersebut terutama terjadi di kawasan Jalan Braga, Bandung.
Hal ini wajar karena ketika itu banyak keluarga Belanda yang menempati Bandung. Dengan budaya orang Eropa yang sering menyantap roti, tumbuhlah bakery khas Negeri Kincir Angin untuk memenuhi kebutuhan pangan warga Belanda.
Kemudian memasuki era sekitar tahun 1920-an, aneka ragam kue tradisional yang terinspirasi dari kue Belanda mulai muncul. Ini juga adalah suatu fenomena wajar karena akulturasi budaya dan makanan adalah hal yang pasti terjadi jika ada berbagai perbedaan menempati satu wilayah.
Salah satu kudapan yang lahir dari akulturasi ini adalah Kue Balok. Banyak penduduk Jawa Barat kemudian turut mengadaptasi kebiasaan saudagar Belanda yang menyantap kue bersanding dengan teh atau kopi hangat. Teksturnya yang khas dengan cita rasa manis membuat kudapan ini banyak disukai warga Pasundan maupun pendatang hingga saat ini.
Kue Balok Hampir Berganti Nama
Bentuk kudapan yang mirip bolu ini memiliki rasa manis, ukurannya besar, dan cukup padat. Sangat pas dijadikan menu sarapan. Bahkan dianggap lebih mengenyangkan perut. Menyantap kue balok juga mulai menjadi pilihan sarapan pada tahun 1952 dan 1959 selain menu bubur yang juga digandrungi saat itu.
Kue ini juga semakin dekat dengan masyarakat karena dijajakan dengan cara berkeliling. Penjualnya sering berhenti di pinggir jalan kemudian pembeli menghampiri dan menunggu kue matang sambil jongkok atau dalam bahasa Sunda disebut nagog. Cukup menyantap dua buah kue saja sudah mampu mengenyangkan perut dan cukup menjadi bekal tenaga dalam beraktivitas.
Hal menarik lainnya dari kue “bolu” padat ini adalah ternyata hampir berganti nama. Menurut Dedie Soekartin, seorang chef ternama, di tahun 60-an namanya hampir berganti jadi ‘kue robur.’ Bagaimana bisa itu terjadi?
Penyebabnya karena di tahun 1965 – 1966 Kota Bandung mendapatkan bantuan bus dari Jerman Timur dengan nama… Ya benar! Robur! Apabila dibandingkan, bentuk kudapan bagaikan balok itu mirip seperti bus tersebut.
Muncul kemudian wacana untuk mengubah penamaan kudapan menjadi kue robur. Akan tetapi hal itu tidak terjadi dan hingga kini namanya tetap ‘Kue Balok.’
Varian Favorit Coklat Lumer
Kue balok dibuat dari berbagai bahan. Mulai dari tepung terigu, vanili, telur, baking soda, susu kental manis, susu, gula pasir, dan margarin. Seluruh bahan itu dicampurkan secara manual sampai kental. Setelah itu dimasak di dalam cetakan yang dipanaskan.
Dahulu bahan bakar untuk memasak kue ini menggunakan arang kayu sehingga menghasilkan aroma bakar yang khas. Seiring perkembangan zaman, kini bermunculan kudapan ini dengan cara pengolahan yang lebih modern.
Varian rasanya pun banyak pilihan sesuai kreasi penjualnya. Beberapa diantaranya ada Oreo, kismis, green tea, keju, pandan, dan lain sebagainya. Tapi yang paling populer dan diincar banyak orang saat ini adalah coklat lumer dari bagian tengah yang menggoda selera!
Sering Dianggap Mirip Pukis Tapi Sebenarnya Beda Lho
Jika dilihat dari bentuk maka banyak orang yang mengira jika kudapan ini mirip seperti pukis. Bahkan bagi orang yang cukup awam akan sulit membedakan antara keduanya. Karena topping pun mirip seperti adanya keju atau meses coklat.
Tapi tahukah Anda perbedaan utama antara pukis dengan kue balok? Tidak lain terletak pada penggunaan santan. Pukis menggunakan bahan dari olahan kelapa itu sementara balok tidak.
Perbedaan lainnya, pukis kerap disajikan dalam kondisi matang. Sementara kudapan yang akan ganti nama jadi robur dapat disuguhkan dalam kondisi matang atau setengah matang dengan sensasi lumer.
Itulah sekilas ulasan mengenai oleh-oleh Bandung yang sudah ada sejak era kolonial Belanda bernama Kue Balok. Pernahkah Anda mencicipinya? Apa varian favorit Anda?