Kisah Juragan Roti Eneng yang Berbisnis dari Lokasi Tak Lazim

Lokasi tak lazim berada di bagian dalam komplek perumahan biasanya dihindari oleh pelaku bisnis terutama usaha kuliner. Akan tetapi hal tersebut tidak menyurutkan langkah juragan Roti Eneng untuk meraih sukses dari bisnis cafe rumahan. Bagaimana bisa sebuah usaha dijalankan dari posisi tidak strategis? Yuk simak terus ulasan ini!

Sarah Diana Oktavia adalah nama dari juragan Roti Eneng. Ia adalah pendiri dari cafe rumahan yang bisa dibilang berada di lokasi tak lazim karena terletak di dalam perumahan. Sebuah titik yang dihindari oleh banyak pebisnis namun ia berhasil membuktikan bukan lokasi yang menentukan kesuksesan, namun keuletan dan kerja keras.

Sebagaimana dilansir dari CNBC Indonesia, ia mengisahkan perjalanannya membangun bisnis sejak 2014 sampai kini berhasil mencapai jumlah omzet puluhan juta sehari.

Juragan Roti Eneng yang Banting Setir dari Industri Televisi

Suasana kedai Roti Eneng. Foto: IG @roti_eneng.

Mana yang Anda pilih? Gaji besar di industri televisi atau menjalankan bisnis dari nol? Mungkin kebanyakan orang akan berpikir sayang untuk meninggalkan pekerjaan yang menjanjikan. Di sinilah hebatnya Sarah Diana Oktavia yang lebih memilih membangun nama dan legacy sendiri.

Diana sebelumnya bergerak di industri televisi sebagai copywriter dan creative senior dari sebuah agensi. Ia juga pernah menjadi pembawa acara di salah satu stasiun televisi. Setelah menjalani itu semua, ia merasa lelah dengan dunia tersebut.

“Dahulu saya kerja di sebuah agensi yang menuntut jam kerja panjang, lembur terus menerus hingga saya merasa capek. Hingga di satu titik saya merasa cukup dan lelah dengan tuntutan membesarkan brand lain. Sementara di sisi lain saya tidak memiliki brand sendiri sebagai legacy,” kata Diana.

“Kemudian setelah saya berpikir, datanglah peluang dari ibu dan kakak saya yang senang membuat roti rumahan. Akhirnya saya gali roti apa yang saya sukai. Karena saya penyuka dessert, saya coba belajar bagaimana cara membuat selai lalu saya sering memanggang roti sendiri untuk dibawa ke kantor,” kisah Diana.

Juragan Roti Eneng Pandai Membaca Peluang

juragan roti eneng
Produk Roti Eneng yang baru diangkat dari oven. Foto: IG @roti_eneng.

Roti buatan Diana tersebut kemudian ia bawa dan perkenalkan kepada koleganya di kantor. Ternyata gayung bersambut sebab banyak rekannya yang kemudian memotivasi dirinya untuk serius menjual aneka kreasi baking yang ia buat.

“Setelah itu saya putuskan membuka toko roti berbarengan dengan peluang di Pasar Santa terdapat toko yang bisa saya sewa dengan harga miring,” lanjutnya.

Beberapa waktu ia menjalankan bisnisnya dari toko yang terletak di Pasar Santa sampai kemudian ia memutuskan untuk membuka cafe di rumahnya sendiri. Walaupun berbisnis di pasar dianggap memiliki kelebihan tersendiri karena strategis, dirinya punya pandangan berbeda.

“Saya ingin memberikan sesuatu yang berbeda dengan nuansa lebih homey. Kalau di sini pengunjung bisa menikmati roti sambil ngobrol di taman. Nuansanya seperti d Bandung karena lebih lebih hijau,” jelasnya.

Saat menjalankan bisnis, Diana serta suami pada awalnya hanya membuka pada akhir pekan selama 3-4 jam karena masih bekerja di perusahaan lain.

“Ketika itu antusiasme pengunjung sangat tinggi. Roti pasti habis dengan panjang antrian membutuhkan waktu 30-60 menit untuk membeli roti. Kini omsetnya sangat besar mencapai Rp10 – Rp20 juta per hari. Angka ini cukup jauh jika dibandingkan ketika masih menjalankan di Pasar Santa dengan nilai omset Rp 3 – 5 juta per harinya.

“Omset ketika weekday dan weekend berbeda, namun apabila dicari rata-rata berkisar antara sepuluh sampai dua puluh juta per hari,” kata Diana.

Juragan Roti yang Memanusiakan Karyawan

juragan roti eneng
Jajaran staf Roti Eneng. Foto: IG @ roti_eneng.

Apabila melihat nilai omset yang melimpah tentu banyak orang yang mengira jika juragan Roti Eneng ini mendapatkan keuntungan berjumlah besar. Tetapi anggapan itu tidak tepat, karena ia tidak mengambil untung besar-besaran dari bisnisnya itu.

“Jujur saja, Roti Eneng tidak memiliki keuntungan sangat besar karena kami mengutamakan bahan baku berkualitas. Tentu saja harganya lumayan tinggi, seperti butter dan produk olahan susu lainnya. Bahkan tahun-tahun belakangan ini saya tidak pernah menaikkan harga produk walaupun harga bahan baku sudah naik 5 kali lipat,” ujar Diana.

Alasan lain mengapa ia tidak mengutamakan untuk mengejar keuntungan dalam jumlah besar adalah ia tidak langsung memasukkan seluruh uang ke kantong pribadi. Apabila ada kelebihan profit maka akan ia berikan ke karyawan.

“Sebagai tambahan mengapa keuntungan tidak terlalu besar karena saya lebih mengutamakan karyawan. Kami di sini sudah layaknya keluarga. Sebisa mungkin apabila ada keuntungan berlebih saya jadikan bonus kepada mereka. Walaupun kini sudah jarang keuntungan lebih namun kami tetap menggaji mereka dengan layak,” jelas Diana.

Prinsip yang ia miliki adalah menganggap karyawan sebagai aset penting bagi sebuah bisnis. Ketika karyawan diperlakukan dengan baik maka bisnis akan berjalan lancar.

“Saya tidak ingin seperti bisnis lain yang menekan cost SDM demi mengejar keuntungan besar. Saya percaya apabila tempat kerja nyaman, karyawan akan mendoakan yang baik kepada kita,” lanjutnya.

Hal ini terbukti dari banyaknya karyawan yang sudah menemani Roti Eneng sejak awal berjalan.

“Sebagian besar mereka sudah bekerja bareng saya sejak awal buka usaha terdiri dari dua orang perempuan dan sisanya laki-laki,” kisah Diana. “Malahan ada seorang chef saya yang sudah kerja bersama saya sejak sebelum menempati rumah yang sekarang ini. Karena itu turnover karyawan sangat kecil, selama 3 tahun masih di bawah 10%,” jelas Diana.

Baca juga: Seorang Honorer Raup 2 Juta Sehari dari Usaha Roti, Bagaimana Kisahnya?

Tidak Ingin Tergilas Tren

juragan roti eneng
Sarah Diana Oktavia, pemilik Roti Eneng. Foto: CNBC Indonesia.

Walaupun keuntungan tidak terlalu besar namun tetap konsisten. Itulah yang membuat bisnis ini bertahan sampai sekarang. Selain itu Roti Eneng selalu menghadirkan menu otentik dan tidak latah pada tren.

“Saya membuat kreasi yang tidak ikut-ikutan tren atau apapun yang lagi viral. Contohnya saja kami yang mempelopori membuat roti bakar dengan gaya kami atau minuman seperti choco sea salt dan regal. Sehingga banyak orang yang menganggap untuk mendapatkan menu-menu tersebut hanya bisa menemuinya di Roti Eneng,” ucap Diana.

Contoh yang Diana berikan adalah ada beberapa rasa selai Roti Eneng yang sangat sulit ditiru brand lain. Beberapa diantaranya adalah selai Earl Grey, Cheese Butter dan Marie Regal.

Itulah kisah dari juragan Roti Eneng yang menarik. Berawal dari keinginannya untuk memiliki legacy sendiri, ia berhasil menjalankan bisnis walaupun dari lokasi tidak lazim. Strategi ini berhasil karena ia mampu memberikan pengalaman berbeda kepada konsumennya dengan suasana bagaikan di Bandung lengkap dengan taman hijau.

Langkah sukses berikutnya adalah dirinya memperlakukan karyawan dengan baik tanpa mengejar keuntungan terlalu banyak. Jika karyawan nyaman maka otomatis mereka betah bekerja. Setelah itu Roti Eneng berupaya untuk membuat signaturenya sendiri tanpa ikut-ikutan tren.

Bagaimana menurut Anda kisah mengenai pemilik Roti Eneng ini? Semoga dapat menginspirasi Anda menjadi pebisnis bakery sukses berikutnya!

 

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments