Pembelian Roti Puri di Pakistan Menurun Akibat Inflasi

roti puri
Ilustrasi roti pipih khas Pakistan (puri). Foto: carimakanlagi.web.

Roti puri adalah roti goreng berbentuk pipih yang menjadi kudapan murah, lezat dan populer bagi warga Pakistan. Akan tetapi ketika inflasi melonjak banyak penduduk negara yang berbatasan dengan India itu harus terpaksa berhemat.

Akibat imbas inflasi, penduduk harus mengurangi aktivitas belanja di penjual kaki lima salah satunya mengurangi pembelian roti puri.

Menurut Biro Statistik Pakistan yang dilansir oleh VoaIndonesia.com, tingkat inflasi harga konsumen telah menembus 24.9% pada bulan Juli. Catatan yang dirilis pada tanggal 1 Agustus lalu ini menunjukkan angka tertinggi selama 14 tahun. Apa dampaknya pada roti puri? Suka tidak suka, harga kudapan khas warga Pakistan itu harus naik sampai dua kali lipat.

“Dahulu puri hanya 20 rupee (Rp1,368.00,-), namun kini tembus 40 rupee (Rp2,737.00,-). Jika sebelumnya saya bisa makan empat buah roti dalam satu kali makan, sekarang saya harus puas dengan satu, paling banyak dua,” kata Tanveer Ahmed sebagaimana dilansir oleh VOA Indonesia.

Baca juga: Mari Berkenalan dengan Paratha dari India

Pengaruh Inflasi terhadap Roti Puri

roti puri
Ilustrasi roti khas warga Pakistan. Foto: asianfoodnetwork.com.

Imbas inflasi juga turut dirasakan oleh pedagang roti khas dari Pakistan. Mereka mengalami penurunan baik dari penjualan, juga dari sisi jumlah pembeli.

“Inflasi sangat berpengaruh bagi bisnis kami dan semua orang. Jumlah pelanggan yang datang menurun, otomatis jumlah orang yang mengkonsumsi puri halwa juga berkurang,” kata Mohammad Javed Abbasi, seorang pemilik kedai di pinggir jalan.

Ia juga mengatakan bahwa setengah dari pelanggan tetapnya kini sudah tidak pernah datang kembali.

“Jika sebelumnya saya bisa makan di kedai ini sampai 2-3 kali sebulan sekaligus beli bungkus untuk keluarga di rumah, kini saya cuma bisa datang sebulan sekali,” ujar salah seorang warga.

Harga puri berbentuk roti pipih ini dengan sendirinya turut menggambarkan kenaikan harga bahan baku yang terjadi selama 12 bulan terakhir. Jika ditelaah, tepung terigu mengalami kenaikan 7%. Sementara bahan pendukung produksi seperti minyak goreng lebih parah karena naik sebesar 72%, dan biaya listrik juga turut naik signifikan sebesar 52%.

Akan tetapi di tengah situasi sulit ini masih terlihat pedagang kaki lima di Karachi masih terus menjalankan aktivitasnya. Mereka masih melayani warga yang masih memiliki keleluasaan finansial untuk membeli roti puri.

Semoga kondisi inflasi ini semakin membaik dan kita di Indonesia pun harus waspada dan selalu menyiapkan diri akan kondisi ekonomi yang tidak selalu baik. Akan tetapi apabila Anda selalu memiliki mental kuat dan semangat pantang menyerah, badai sekeras apapun pasti bisa dilalui.

Semangat selalu bakers Indonesia!

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments